Sulitnya Assad & oposisi berdamai di Jenewa
A
A
A
Sindonews.com – Perundingan damai Suriah putaran kedua di Jenewa antara kubu rezim Presiden Bashar al-Assad dengan kubu oposisi pada Jumat (14/2/2014) kembali gagal mencapai kesepakatan.
Mediator PBB, Lakhdar Brahimi pesimistis, dan merasa kesulitan mendamaikan kedua kubu yang berseteru itu.
Amerika Serikat dan Rusia kini didorong untuk menggunakan pengaruh mereka guna menghidupkan perundingan damai yang buntu itu. “Kegagalan selalu menatap wajah kita,” keluh Brahimi, menggambarkan kondisi perundingan Suriah putaran kedua yang berakhir hari ini, seperti dikutip Reuters.
”Sampai sekarang, kami tidak membuat banyak kemajuan,” lanjut dia. ”Washington, yang mendukung oposisi, dan Moskow yang merupakan sekutu utama rezim Suriah berjanji, bahwa mereka akan membantu.”
Perundingan damai bertajuk Konferensi Jenewa II dimulai sejak 22 Januari 2014 untuk mengakhiri konflik yang telah menewaskan lebih dari 136 ribu jiwa. Pada perundingan putaran pertama, perundingan tidak menghasilkan kemajuan, dan pada putaran kedua kondisinya juga tidak jauh berbeda.
”Kami tidak berharap bahwa pembicaraan akan sulit seperti ini. Kami berharap bahwa semua pihak akan mampu untuk berkompromi. Itu pertanda yang sangat buruk untuk proses tersebut,” lanjut dia.
Sementara itu, kubu Oposisi Koalisi Nasional menyatakan, bahwa satu-satunya jalan ke depan adalah tetap menciptakan sebuah pemerintahan transisi yang dapat membimbing Suriah menuju perdamaian. Tapi, istilah pemerintahan transisi tidak berlaku bagi kubu Assad, karena itu tidak beda jauh dengan pelengseran Assad.
Rezim Assad, tetap bersikeras perundingan hanya fokus pada upaya menghentikan kekerasan dan "terorisme" yang mereka sebut dilakukan para militan pemberontak. Kubu oposisi kini juga menantang PBB untuk menggelar perundingan putaran ketiga di tengah kegagalan beruntun dalam setiap perundingan damai Suriah di Swiss itu.
Mediator PBB, Lakhdar Brahimi pesimistis, dan merasa kesulitan mendamaikan kedua kubu yang berseteru itu.
Amerika Serikat dan Rusia kini didorong untuk menggunakan pengaruh mereka guna menghidupkan perundingan damai yang buntu itu. “Kegagalan selalu menatap wajah kita,” keluh Brahimi, menggambarkan kondisi perundingan Suriah putaran kedua yang berakhir hari ini, seperti dikutip Reuters.
”Sampai sekarang, kami tidak membuat banyak kemajuan,” lanjut dia. ”Washington, yang mendukung oposisi, dan Moskow yang merupakan sekutu utama rezim Suriah berjanji, bahwa mereka akan membantu.”
Perundingan damai bertajuk Konferensi Jenewa II dimulai sejak 22 Januari 2014 untuk mengakhiri konflik yang telah menewaskan lebih dari 136 ribu jiwa. Pada perundingan putaran pertama, perundingan tidak menghasilkan kemajuan, dan pada putaran kedua kondisinya juga tidak jauh berbeda.
”Kami tidak berharap bahwa pembicaraan akan sulit seperti ini. Kami berharap bahwa semua pihak akan mampu untuk berkompromi. Itu pertanda yang sangat buruk untuk proses tersebut,” lanjut dia.
Sementara itu, kubu Oposisi Koalisi Nasional menyatakan, bahwa satu-satunya jalan ke depan adalah tetap menciptakan sebuah pemerintahan transisi yang dapat membimbing Suriah menuju perdamaian. Tapi, istilah pemerintahan transisi tidak berlaku bagi kubu Assad, karena itu tidak beda jauh dengan pelengseran Assad.
Rezim Assad, tetap bersikeras perundingan hanya fokus pada upaya menghentikan kekerasan dan "terorisme" yang mereka sebut dilakukan para militan pemberontak. Kubu oposisi kini juga menantang PBB untuk menggelar perundingan putaran ketiga di tengah kegagalan beruntun dalam setiap perundingan damai Suriah di Swiss itu.
(mas)