Dituduh tak becus, PM Italia mundur
A
A
A
Sindonews.com – Perdana Menteri Italia, Enrico Letta mengundurkan diri pada Jumat (14/2/2014). Musbabnya, terjadi kekisruhan politik, di mana Partai Demokrat yang merupakan partai pendukungnya telah memilih calon penggantinya untuk membentuk pemerintahan baru.
Pemimpin Partai Matteo Renzi, yang merupakan calon pengganti Letta menganggap Letta tidak becus mengurus ekonomi yang membuat angka kemiskinan kian meningkat. Dia menyebut, negara tidak bisa bertahan dalam ketidakpastian.
Letta mengatakan dalam sebuah pernyataan, bahwa keputusannya mengundurkan diri karena mengikuti keputusan yang diambil partai. Dia secara resmi akan menyerahkan surat pengunduran dirinya kepada Presiden Giorgio Napolitano di Istana Kepresidenan hari ini.
Renzi sebelumnya menuduh Letta tidak bisa bertindak untuk meningkatkan perekonomian. Menurutnya, di bawah pimpinan Letta, angka pengangguran di Italia makin tinggi dan kondisi ekonomi terus merosot.
Kemarin, Letta tidak menghadiri pertemuan partai. Daam pertemuan tersebut, Renzi mengucapkan terima kasih kepada Letta.”Untuk pekerjaan yang luar biasa, tetapi negara tidak bisa terus bertahan dalam ketidakpastian,” katanya, seperti dikutip BBC.
Pemimpin Partai Matteo Renzi, yang merupakan calon pengganti Letta menganggap Letta tidak becus mengurus ekonomi yang membuat angka kemiskinan kian meningkat. Dia menyebut, negara tidak bisa bertahan dalam ketidakpastian.
Letta mengatakan dalam sebuah pernyataan, bahwa keputusannya mengundurkan diri karena mengikuti keputusan yang diambil partai. Dia secara resmi akan menyerahkan surat pengunduran dirinya kepada Presiden Giorgio Napolitano di Istana Kepresidenan hari ini.
Renzi sebelumnya menuduh Letta tidak bisa bertindak untuk meningkatkan perekonomian. Menurutnya, di bawah pimpinan Letta, angka pengangguran di Italia makin tinggi dan kondisi ekonomi terus merosot.
Kemarin, Letta tidak menghadiri pertemuan partai. Daam pertemuan tersebut, Renzi mengucapkan terima kasih kepada Letta.”Untuk pekerjaan yang luar biasa, tetapi negara tidak bisa terus bertahan dalam ketidakpastian,” katanya, seperti dikutip BBC.
(mas)