Gara-gara Pussy Riot, pejabat AS & Rusia saling ledek
A
A
A
Sindonews.com - Duta Besar (Dubes) Amerika Serikat (AS) untuk PBB, Samantha Power dan Dubes Rusia Vialy Churkin, perang komentar terkait penilain terhadap band Pussy Riot.
Personel band punk itu baru-baru ini dibebaskan dari penjara dalam kasus penghinaan terhadap Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Samantha memuji para personel band itu yang mengekspresikan diri, meski dianggap “menganggu” di Rusia. Namun, Churkin meledek pujian itu, karena Samantha tidak pernah bertemu dan tidak tahu tentang band itu.
”Apakah dia (Samantha) sudah bergabung dengan band?. Saya mengharapkan dia untuk mengundang mereka untuk tampil di Washington,” katanya, seperti dikutip Reuters, Kamis (6/2/2014). ”Mungkin mereka bisa mengatur tur dunia untuk mereka,” lanjut Churkin .
“Bisa di Katedral St Petrus di Roma, mungkin di Mekkah, Arab Saudi , berakhir dengan konser di Tembok Ratapan di Yerusalem. Jadi, jika Samantha ikut tur hanya singkat, saya akan kecewa,” imbuh Churkin.
Komentar ledekan itu dibalas di Samantha melalui Twitter. Dia mengatakan, bahwa dia akan merasa terhormat untuk pergi tur dengan band Pussy Riot, karena mereka telah berbicara dan membela hak-hak asasi manusia. Samantha pun menantang Churkin untuk ikut tur konser band itu bersama dirinya.“Maukah Anda bergabung dengan kami?,” tanya Samantha.
”Saya tidak bisa menyanyi, tapi kalau Pussy Riot mengajak saya, saya akan mengatakan kepada Churkin, bahwa konser pertama saya adalah di tahanan politik Rusia,” balas ledekan Samantha via Twitter.
Para personel band Pussy Riot, di antaranya, Nadezhda Tolokonnikova dan Maria Alyokhina, baru-baru ini telah dibebaskan dari penjara Rusia. Mereka sebelumnya ditahan, setelah menggelar konser di gereja ortodoks, dan menyanyikan lagu religi yang liriknya diubah menjadi harapan kepada Tuhan agar Putin tidak berada di tanah Rusia. Ulah band itulah yang dianggap menghina Presiden Rusia.
Personel band punk itu baru-baru ini dibebaskan dari penjara dalam kasus penghinaan terhadap Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Samantha memuji para personel band itu yang mengekspresikan diri, meski dianggap “menganggu” di Rusia. Namun, Churkin meledek pujian itu, karena Samantha tidak pernah bertemu dan tidak tahu tentang band itu.
”Apakah dia (Samantha) sudah bergabung dengan band?. Saya mengharapkan dia untuk mengundang mereka untuk tampil di Washington,” katanya, seperti dikutip Reuters, Kamis (6/2/2014). ”Mungkin mereka bisa mengatur tur dunia untuk mereka,” lanjut Churkin .
“Bisa di Katedral St Petrus di Roma, mungkin di Mekkah, Arab Saudi , berakhir dengan konser di Tembok Ratapan di Yerusalem. Jadi, jika Samantha ikut tur hanya singkat, saya akan kecewa,” imbuh Churkin.
Komentar ledekan itu dibalas di Samantha melalui Twitter. Dia mengatakan, bahwa dia akan merasa terhormat untuk pergi tur dengan band Pussy Riot, karena mereka telah berbicara dan membela hak-hak asasi manusia. Samantha pun menantang Churkin untuk ikut tur konser band itu bersama dirinya.“Maukah Anda bergabung dengan kami?,” tanya Samantha.
”Saya tidak bisa menyanyi, tapi kalau Pussy Riot mengajak saya, saya akan mengatakan kepada Churkin, bahwa konser pertama saya adalah di tahanan politik Rusia,” balas ledekan Samantha via Twitter.
Para personel band Pussy Riot, di antaranya, Nadezhda Tolokonnikova dan Maria Alyokhina, baru-baru ini telah dibebaskan dari penjara Rusia. Mereka sebelumnya ditahan, setelah menggelar konser di gereja ortodoks, dan menyanyikan lagu religi yang liriknya diubah menjadi harapan kepada Tuhan agar Putin tidak berada di tanah Rusia. Ulah band itulah yang dianggap menghina Presiden Rusia.
(mas)