Kontroversi kata Allah, ujian toleransi di Malaysia

Kamis, 09 Januari 2014 - 18:40 WIB
Kontroversi kata Allah,...
Kontroversi kata Allah, ujian toleransi di Malaysia
A A A
Sindonews.com –Kontroversi larangan kata “Allah” untuk warga non-Muslim di Malaysia, ibarat bola salju yang terus menggelinding dan membesar. Pemimpin Malaysia, Perdana Menteri Datuk Seri Najib Tun Razak, pun mau tidak mau harus angkat suara.

Kontroversi itu bermula dari putusan pengadilan tinggi di Malaysia, Oktober 2013 lalu. Isinya sama seperti halnya dekrit Sultan Selangor. Yakni, warga non-Muslim di negara itu, dilarang menggunakan simbol-simbol arab, termasuk kata “Allah” untuk menyebut Tuhan.

Polemik terus bergulir tatkala Lawrence Andrew, seorang pastor di Malaysia yang juga editor Herald, berkomentar di medianya, bahwa gereja-gereja di Selangor, akan terus menggunakan kata “Allah” untuk menyebut Tuhan.

Komentar itu, membuatnya dilaporkan ke polisi oleh kelompok masyarakat yang menjunjung tinggi putusan pengadilan dan dekrit Sultan Selangor. Tak hanya, itu, aparat Jais (lembaga keagamaan) Malaysia juga menyita sekitar 300 Alkitab, yang di dalamnya terdapt kata “Allah”.

Wajah toleransi masyarakat Malaysia kini dipertaruhkan. Tanda-tanda toleransi itu, setidaknya muncul pada Minggu lalu, ketika putri mantan pemimpin Malaysia, Mahathir Mohamad, yakni, Datin Paduka Marina Mahathir bersama aktivis lainnya memberikan bunga terhadap umat Kristen usai menjalankan misa di Gereja Our Lady of Lourdes, Klang, Malaysia.

Aksi simpatik menjadi wajah lain publik Malaysia, yang beberapa jam sebelumnya mendemo gereje-gereja atas kontroversi sebutan nama Tuhan itu.

Putusan perdana menteri

Kini, keputusan Perdana Menteri Najib Razak, yang akan disampaikan dalam beberapa hari ke depan, menjadi penentuan seperti apa wajah toleransi di Malaysia.

Beberapa pejabat Malaysia, hari ini memilih bungkam untuk mencegah kontroversi yang semakin meluas.Menteri Kesehatan, Datuk Seri S. Subramaniam, mengatakan Najib akan membuat pengumuman resmi untuk mengakhiri kontroversi itu.

”Kami melakukan (diskusi soal kontroversi ‘Allah’), tetapi Perdana Menteri akan membuat pengumuman,” katanya, seperti dikutip The Star, Kamis (9/1/2014).

Dia menolak menyebut kapan pengumuman penting itu akan disampaikan. ”Kita semua memutuskan, bahwa hanya satu suara, yakni suara Najib yang akan bicara,” imbuh dia usai rapat kabinet.

Meski keputusan Perdana Menteri Najib akan menjadi penentuan dari akhir kontroversi ini, sejumlah negara bagian di Malaysia tetap bersikeras dengan putusan pengadilan. Pemerintah negara bagian Kedah misalnya, tetap berpendapat, kata “Allah” eksklusif untuk umat Muslim.

Datuk Mukhriz Mahathir, salah satu pejabat negara bagian itu, mengatakan, keputusan pengadilan tinggi Malaysia tetap jadi pedoman. Dia tidak ingin kontroversi itu meluas ke wilayahnya. ”Sangat penting bagi kita untuk menyatakan posisi kita untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan,” ujarnya kepada wartawan.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0719 seconds (0.1#10.140)