Khamenei larang pria & wanita chatting
A
A
A
Sindonews.com - Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, telah mengeluarkan larangan pria dan wanita mengobrol via situs jejaring sosial atau chatting online. Larangan Khamenei itu dilansir media Iran yang bersumber dari situs Khamenei, www.khamenei.ir.
Larangan dari Khamenei itu, sejatinya merujuk dari jawaban Khamenei saat menanggapi sebuah pertanyaan publik, perihal chatting online. Jawaban Khamenei, seperti dilansir al-Arabiya, Selasa (7/1/2014) berbunyi; ”Mengingat amoralitas itu sering berlaku untuk hal ini, itu tidak diizinkan.”
Keputusan Khamenei itu muncul, sehari setelah pihak berwenang Iran memblokir aplikasi pesan singkat WeChat dalam ponsel.
Otoritas di Teheran yang sensitif terhadap media sosial, juga dilaporkan telah memblokir akses ke banyak situs jaringan sosial, termasuk Facebook dan Twitter . Situs jejaring sosial tersebut selama ini kerap digunakan para aktivis untuk menyuarakan protes.
Kendati demikian, banyak pengguna internet mengandalkan proxy untuk menghindari sensor dari otoritas Teheran. Meski situs jejaring sosial dilarang, anehnya banyak pejabat Iran , termasuk Presiden Hassan Rouhani aktif menggunakan Facebook dan Twitter.
Presiden Rouhani, misalnya, diketahui memiliki akun Twitter dengan jumlah follower atau pengikut sebanyak 163.000 akun.
Pada November 2013 lalu, Menteri Kebudayaan dan Bimbingan Islam, Ali Jannati, mengatakan kepada kantor berita IRNA, bahwa pemerintah harus memiliki akun jejaring sosial termasuk Twitter dan Facebook. ”Tidak hanya Facebook , tapi jaringan sosial lainnya yang dapat diakses,” ujar Jannati.
Larangan dari Khamenei itu, sejatinya merujuk dari jawaban Khamenei saat menanggapi sebuah pertanyaan publik, perihal chatting online. Jawaban Khamenei, seperti dilansir al-Arabiya, Selasa (7/1/2014) berbunyi; ”Mengingat amoralitas itu sering berlaku untuk hal ini, itu tidak diizinkan.”
Keputusan Khamenei itu muncul, sehari setelah pihak berwenang Iran memblokir aplikasi pesan singkat WeChat dalam ponsel.
Otoritas di Teheran yang sensitif terhadap media sosial, juga dilaporkan telah memblokir akses ke banyak situs jaringan sosial, termasuk Facebook dan Twitter . Situs jejaring sosial tersebut selama ini kerap digunakan para aktivis untuk menyuarakan protes.
Kendati demikian, banyak pengguna internet mengandalkan proxy untuk menghindari sensor dari otoritas Teheran. Meski situs jejaring sosial dilarang, anehnya banyak pejabat Iran , termasuk Presiden Hassan Rouhani aktif menggunakan Facebook dan Twitter.
Presiden Rouhani, misalnya, diketahui memiliki akun Twitter dengan jumlah follower atau pengikut sebanyak 163.000 akun.
Pada November 2013 lalu, Menteri Kebudayaan dan Bimbingan Islam, Ali Jannati, mengatakan kepada kantor berita IRNA, bahwa pemerintah harus memiliki akun jejaring sosial termasuk Twitter dan Facebook. ”Tidak hanya Facebook , tapi jaringan sosial lainnya yang dapat diakses,” ujar Jannati.
(mas)