Pasca dilanda topan, perdagangan manusia rentan terjadi di Filipina
Rabu, 04 Desember 2013 - 15:35 WIB

Pasca dilanda topan, perdagangan manusia rentan terjadi di Filipina
A
A
A
Sindonews.com - Ribuan perempuan dan anak-anak yang menjadi korban topan Filipina, saat ini juga rentan menjadi korban perdagangan manusia. Demikian diungkapkan Chris Smith, anggota kongres dari Partai Republik yang memimpin tiga delegasi bencana pekan lalu ke Filipina, kepada subkomite kongres untuk urusan luar negeri, Selasa (3/12/2013).
"Wanita, anak-anak, dan orang tua yang berkebutuhan khusus menjadi pihak yang paling menderita akibat bencana," ungkap Smith. "Orang-orang yang rentan ini dalam waktu lama akan kehilangan harapan dan beresiko menjadi korban perdagangan seks," ungkap Smith.
Smith menuturkan, di antara ribuan korban tersebut, banyak yang telah diangkut keluar zona bencana menuju Ibu Kota Manila. Mereka mungkin saja menerima tawaran kerja untuk berkerja di Arab Saudi dan Korea Selatan.Sejauh ini AS menggangap Filipina tidak menerapkan standar minimum untuk menghilangkan praktik perdagangan manusia.
Dalam Laporan Departemen Luar Negeri tentang perdagangan manusia pada 2013 menunjukan bahwa perdagangan manusia, pekerja paksa dan wisata seks anak merupakan masalah serius yang terjadi di Filipina.
Peringatakan juga datang dari Badan Bantuan Pembangunan Internasional Amerika (USAID) yang selama bertahun-tahun telah membantu mengurangi perdangan manusia di Filipina.
"Kami memantau hal tersebut dengan sangat dekat," ungkap Nancy Lindborg, asisten administrator USAID.
"Untuk melindungi anak-anak Filipina dari waktu yang sangat rentan ini, Pemerintah Filipina dan komunitas internasional harus melakukan segala upaya untuk memastikan dan memperkuat layanan perlindungan lokal dan nasional," ungkap Lindborg.
"Termasuk penciptaan ruang yang aman bagi perempuan, anak-anak dan program yang membantu mengidentifikasi, melacak dan menyatukan kembali anak-anak yang tidak memiliki pendamping," imbuh Lindborg.
"Wanita, anak-anak, dan orang tua yang berkebutuhan khusus menjadi pihak yang paling menderita akibat bencana," ungkap Smith. "Orang-orang yang rentan ini dalam waktu lama akan kehilangan harapan dan beresiko menjadi korban perdagangan seks," ungkap Smith.
Smith menuturkan, di antara ribuan korban tersebut, banyak yang telah diangkut keluar zona bencana menuju Ibu Kota Manila. Mereka mungkin saja menerima tawaran kerja untuk berkerja di Arab Saudi dan Korea Selatan.Sejauh ini AS menggangap Filipina tidak menerapkan standar minimum untuk menghilangkan praktik perdagangan manusia.
Dalam Laporan Departemen Luar Negeri tentang perdagangan manusia pada 2013 menunjukan bahwa perdagangan manusia, pekerja paksa dan wisata seks anak merupakan masalah serius yang terjadi di Filipina.
Peringatakan juga datang dari Badan Bantuan Pembangunan Internasional Amerika (USAID) yang selama bertahun-tahun telah membantu mengurangi perdangan manusia di Filipina.
"Kami memantau hal tersebut dengan sangat dekat," ungkap Nancy Lindborg, asisten administrator USAID.
"Untuk melindungi anak-anak Filipina dari waktu yang sangat rentan ini, Pemerintah Filipina dan komunitas internasional harus melakukan segala upaya untuk memastikan dan memperkuat layanan perlindungan lokal dan nasional," ungkap Lindborg.
"Termasuk penciptaan ruang yang aman bagi perempuan, anak-anak dan program yang membantu mengidentifikasi, melacak dan menyatukan kembali anak-anak yang tidak memiliki pendamping," imbuh Lindborg.
(esn)