Media China: Militan Xinjiang haramkan televisi
A
A
A
Sindonews.com – Kelompok militan agama di Xinjiang, China barat, mengharamkan siaran televisi, lagu dan bentuk hiburan lainnya. Demikian laporan media China, Xinjiang Daily, Jumat (29/11/2013).
Media itu menyebut, "ekstrimisme agama” menjadi bencana yang dihadapi daerah di China. Pemerintah Cina telah meningkatkan retorika terhadap apa yang mereka sebut sebagai ancaman terhadap negara, setelah kelompok militan Islam terlibat dalam teror di Lapangan Tiananmen, Beijing bulan lalu. Dalam insiden itu, tiga orang di dalam mobil menabrak rombongan wisatawan. Ketiga orang itu dan dua petugas tewas.
Kepala kerja di Xinjiang, Yusufujiang Maimaiti, mengatakan pasukan ekstrimis agama telah memanipulasi keyakinan publik. “Kekuatan ekstremis agama tidak mengizinkan orang untuk menyanyi atau menari, mereka menghasut warga untuk tidak menaati pemerintah, untuk tidak menggunakan sertifikat pernikahan dan kartu identitas,” tulis media China itu mengacu keterangan Maimaiti, seperti dikutip Reuters.
”Mereka mencegah warga untuk menonton televisi, film, dan mendengarkan ajaran pemimpin agama patriotik,” lanjut laporan media China itu.
Maimaiti tidak mengidentifikasi kelompok ekstrimis agama itu. Namun, dia menegaskan, kelompok itu mendistorsi dan memalsukan doktrin agama, dan menentang siapa pun yang berbeda dari mereka.
”Ekstremisme religius adalah bencana terbesar yang dihadapi pemerintah dalam pembangunan dan perdamaian jangka panjang, serta stabilitas di Xinjiang,” lanjut dia. ”Pertempuran kami melawan ekstremisme tidak dapat dihindari.”
Media itu menyebut, "ekstrimisme agama” menjadi bencana yang dihadapi daerah di China. Pemerintah Cina telah meningkatkan retorika terhadap apa yang mereka sebut sebagai ancaman terhadap negara, setelah kelompok militan Islam terlibat dalam teror di Lapangan Tiananmen, Beijing bulan lalu. Dalam insiden itu, tiga orang di dalam mobil menabrak rombongan wisatawan. Ketiga orang itu dan dua petugas tewas.
Kepala kerja di Xinjiang, Yusufujiang Maimaiti, mengatakan pasukan ekstrimis agama telah memanipulasi keyakinan publik. “Kekuatan ekstremis agama tidak mengizinkan orang untuk menyanyi atau menari, mereka menghasut warga untuk tidak menaati pemerintah, untuk tidak menggunakan sertifikat pernikahan dan kartu identitas,” tulis media China itu mengacu keterangan Maimaiti, seperti dikutip Reuters.
”Mereka mencegah warga untuk menonton televisi, film, dan mendengarkan ajaran pemimpin agama patriotik,” lanjut laporan media China itu.
Maimaiti tidak mengidentifikasi kelompok ekstrimis agama itu. Namun, dia menegaskan, kelompok itu mendistorsi dan memalsukan doktrin agama, dan menentang siapa pun yang berbeda dari mereka.
”Ekstremisme religius adalah bencana terbesar yang dihadapi pemerintah dalam pembangunan dan perdamaian jangka panjang, serta stabilitas di Xinjiang,” lanjut dia. ”Pertempuran kami melawan ekstremisme tidak dapat dihindari.”
(mas)