Kesepakatan buruk dengan Iran mengarah pada aksi militer
Selasa, 19 November 2013 - 20:00 WIB

Kesepakatan buruk dengan Iran mengarah pada aksi militer
A
A
A
Sindonews.com - Pemimpin Bayit Yehudi sekaligus Menteri Ekonomi dan Perdagangan Israel, Naftali Bennett memperingatkan, bahwa "kesepakatan yang buruk" dengan Iran akan mengarah pada respon militer. Ungkapan tersebut disampaikan Bennett dalam sebuah wawancara dengan Christiane Amanpour dari CNN, Senin (19/11/2013).
Bennett menegaskan, bahwa Israel ingin kekuatan dunia agar mencapai sebuah kesepakatan atas program nuklir Teheran. "Kami hanya ingin kesepakatan yang benar," ungkap Bennett. "Perjanjian yang tepat akan menjadi satuhal yang dapat membongkar produksi mesin senjata nuklir," imbuhnya.
"Tidak ada seorang pun yang menginginkan sebuah perang. Namun, itu adalah sebuah kasus dimana sebuah kesepakatan yang buruk akan menyebabkan perang, dan kesepakatan yang baik dapat mencegah terjadinya sebuah perang," papar Bennett.
Menurutnya, kesepakatan yang memungkinkan Iran tetap mempertahankan kemampuannya untuk memperkaya uranium sampai pengurangan sanksi ekonomi terjadi, akan membuat Iran menunggu hingga fokus internasional atas masalah tersebut teralih. Dan pada saat ini, Iran mampu membuat sebuah bom atom dalam enam pekan.
Seperti diketahui, pada akhir pekan lalu Iran dan enam kekuatan dunia yang tergabung dalam P5+1 (Amerika Serikat, Perancis, Inggris, China, Rusia, dan Jerman) gagal mencapai kesepakatan soal program nuklir Iran. Selama ini, Barat menuduh Iran tengah membangun bom atom lewat pengembangan program nuklir mereka. Namun, Iran dengan tegas menepis tuduhan itu dan mengaku program nuklir mereka bertujuan damai.
Bennett menegaskan, bahwa Israel ingin kekuatan dunia agar mencapai sebuah kesepakatan atas program nuklir Teheran. "Kami hanya ingin kesepakatan yang benar," ungkap Bennett. "Perjanjian yang tepat akan menjadi satuhal yang dapat membongkar produksi mesin senjata nuklir," imbuhnya.
"Tidak ada seorang pun yang menginginkan sebuah perang. Namun, itu adalah sebuah kasus dimana sebuah kesepakatan yang buruk akan menyebabkan perang, dan kesepakatan yang baik dapat mencegah terjadinya sebuah perang," papar Bennett.
Menurutnya, kesepakatan yang memungkinkan Iran tetap mempertahankan kemampuannya untuk memperkaya uranium sampai pengurangan sanksi ekonomi terjadi, akan membuat Iran menunggu hingga fokus internasional atas masalah tersebut teralih. Dan pada saat ini, Iran mampu membuat sebuah bom atom dalam enam pekan.
Seperti diketahui, pada akhir pekan lalu Iran dan enam kekuatan dunia yang tergabung dalam P5+1 (Amerika Serikat, Perancis, Inggris, China, Rusia, dan Jerman) gagal mencapai kesepakatan soal program nuklir Iran. Selama ini, Barat menuduh Iran tengah membangun bom atom lewat pengembangan program nuklir mereka. Namun, Iran dengan tegas menepis tuduhan itu dan mengaku program nuklir mereka bertujuan damai.
(esn)