Soal penyadapan, SBY: PM Australia anggap remeh
A
A
A
Sindonews.com - Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bereaksi keras atas dugaan penyadapan mata-mata Australia terhadap dirinya. Dia menyayangkap sikap Perdana Menteri Australia Tony Abbott yang mengangap remeh tindakan penyadapan itu.
“Saya juga menyayangkan pernyataan PM Australia yang menganggap remeh penyadapan terhadap Indonesia, tanpa rasa bersalah,” tulis Yudhoyono via akun Twitter-nya, @SBYudhoyono, beberapa jam lalu.
”Tindakan AS (Amerika Serikat) & Australia sangat mencederai kemitraan strategis dgn Indonesia, sesama negara demokrasi,” lanjut tweet SBY.
Seperti diberitakan sebelumnya, dari bocoran dokumen whistleblower NSA, Edward Snowden, mata-mata Australia diduga menguping catatan telepon genggam SBY dan istrinya, Herawati Kristiani (Ani Yudhoyono). Selain itu, Wapres Boediono, mantan Wapres Jusuf Kalla dan sejumlah menteri senior juga jadi target penyadapan mata-mata Australia.
Menteri Luar Negeri Indonesia, Marty M. Natalegawa dalam jumpa pers kemarin, sudah menginstruksikan kepada Dubes Indonesia di Australia Nadjib Riphat Kesoema untuk pulang ke Jakarta. Dubes Nadjib juga nantinya juga akan diminta menjelaskan, apa yang sebenarnya dilakukan pihak Australia terhadap Indonesia.
”Ini adalah tindakan yang tidak bersahabat sebagai mitra strategis Indonesia,” ucap Menteri Marty, dalam jumpa pers di ruang Nusantara, kantor Kemlu RI, kemarin sore.
Marty mengatakan, insiden penyadapan tersebut sangat mencederai dan melabrak Pemerintah Indonesia. ”Terlepas dalam hubungan antar bangsa, bukankah setiap kita memiliki hak privasi dan kita tidak menginginkan pembicaraan pribadi kita disadap oleh siapapun," lanjutnya.
“Saya juga menyayangkan pernyataan PM Australia yang menganggap remeh penyadapan terhadap Indonesia, tanpa rasa bersalah,” tulis Yudhoyono via akun Twitter-nya, @SBYudhoyono, beberapa jam lalu.
”Tindakan AS (Amerika Serikat) & Australia sangat mencederai kemitraan strategis dgn Indonesia, sesama negara demokrasi,” lanjut tweet SBY.
Seperti diberitakan sebelumnya, dari bocoran dokumen whistleblower NSA, Edward Snowden, mata-mata Australia diduga menguping catatan telepon genggam SBY dan istrinya, Herawati Kristiani (Ani Yudhoyono). Selain itu, Wapres Boediono, mantan Wapres Jusuf Kalla dan sejumlah menteri senior juga jadi target penyadapan mata-mata Australia.
Menteri Luar Negeri Indonesia, Marty M. Natalegawa dalam jumpa pers kemarin, sudah menginstruksikan kepada Dubes Indonesia di Australia Nadjib Riphat Kesoema untuk pulang ke Jakarta. Dubes Nadjib juga nantinya juga akan diminta menjelaskan, apa yang sebenarnya dilakukan pihak Australia terhadap Indonesia.
”Ini adalah tindakan yang tidak bersahabat sebagai mitra strategis Indonesia,” ucap Menteri Marty, dalam jumpa pers di ruang Nusantara, kantor Kemlu RI, kemarin sore.
Marty mengatakan, insiden penyadapan tersebut sangat mencederai dan melabrak Pemerintah Indonesia. ”Terlepas dalam hubungan antar bangsa, bukankah setiap kita memiliki hak privasi dan kita tidak menginginkan pembicaraan pribadi kita disadap oleh siapapun," lanjutnya.
(mas)