Sudah 3 tahun anggota al-Qaeda ditahan Israel tanpa proses hukum
Senin, 18 November 2013 - 18:43 WIB

Sudah 3 tahun anggota al-Qaeda ditahan Israel tanpa proses hukum
A
A
A
Sindonewscom - Malang betul nasib Samir Abed Latif al-Baraq seorang anggota teroris global al-Qaeda yang ditahan tanpa sebab dibawah pengadilan administratif Israel sejak 2010, mendekati waktu pembebasan, Pemerintah Israel menolak untuk membebaskannya. Departemen Pertahanan Israel justru mengajukan untuk memperpanjang masa penanhananya selama enam bulan kedepan, Minggu (17/11/2013).
Departemen Kehakiman Israel mengeluarkan sebuah pernyataan awal yang isinya mengkonfirmasi bahwa mereka telah mengajukan petisi atas sebuah kasus penahanan administratif kepada Pengadilan Tinggi Israel. Dalam petisi itu, Departemen Kehakiman Israel mengungkapkan alasan permohonan penahanan lebih lanjut terhadap Barak, seorang anggota al-Qaida yang memiliki banyak pengalaman dalam non-senjata konvensional, senjata biologis tertentu. Menurut mereka pembebasan Baraq akan menjadi titik balik pembentukan infrastruktur jihad global yang signifikan di kawasan.
"Klien saya tidak menyangkal bahwa dia belajar di Pakistan dan berpartisipasi dalam kegiatan kemanusiaan. Dia juga sempat di tahan di AS selama tiga bulan kemudian dibebaskan. Mustahil jika pemerintah Israel akan memutuskan tempat untuk mengelar peradilan dan sekarang (negara) tidak tahun bagaimana cara untuk menyingkirkanya," ungkap pengacara Baraq.
Masih menurut pengacara Baraq, dalam sebuah kesepakatan yang diterima melalui kedutaan Pakistan di Mesir, klirennya akan dibebaskan dan akan di pulangkan ke Pakistan. Namun, keputusan tersebut tidak dihormati pemerintah Israel. "Kami yakini pengadilan tinggi Israel akan mengkhiri ketidakadilan yang telah berlangsung selama tiga tahun. Sementara pengadilan militer telah mengklarifikasi kepada Negara bahwa penahan ini tidak bisa diteruskan. Negara harus memutuskan apakah, melepaskan atau memindahkannya ke Qalqilya atau ke tempat lain," tutur pengaacara Baraq.
Pemerintah Israel mengungkapkan alasan mengapa Baraq berbahaya. Pria yang lahir pada tahun 1974 tersebut meninggalkan wilayah saat pecah perang Teluk pertama. Pada 1997, Baraq berhasil mendapat gelar sarjana tingkat pertama dan kedua dalam bidang mikrobiologi di Pakistan. Setahun kemudian dia memutuskan pergi ke Afghanistan untuk pelatihan militer dan mengajak orang lain untuk melakukan hal serupa. Baraq direktrut al-Qaeda dapa 2001 lalu saat organisasi tersebut dipimpin Ayman al-Zawahiri. Dia terlibat perencanaan serangan teroris terhadap Israel dan orang Yahudi di Yordania sepanjang tahun 2001. Dia juga setuju untuk melatih tiga warga Palestina untuk memproduksi racun dan menyusuh bahan untuk menyerang Israel.
Baraq ditangkap pada 2010 lalu oleh pasukan keamanan Israel di Jembatan Allenby saat menyeberang masuk ke Israel, saat dia sedang dalam proses deportasi yang dilakukan pemerintah Yordania. Sebelumnya, dia ditahan Pemerintah Yordania selama lima tahun atas keterlibatannya dalam kelompok teror internasional. Masih menurut Pemerintah Israel, Pada tahun 2003, Baraq sempat ditahan di penjara Amerika Serikat di Guantanamo di Kuba selama tiga bulan.
Departemen Kehakiman Israel mengeluarkan sebuah pernyataan awal yang isinya mengkonfirmasi bahwa mereka telah mengajukan petisi atas sebuah kasus penahanan administratif kepada Pengadilan Tinggi Israel. Dalam petisi itu, Departemen Kehakiman Israel mengungkapkan alasan permohonan penahanan lebih lanjut terhadap Barak, seorang anggota al-Qaida yang memiliki banyak pengalaman dalam non-senjata konvensional, senjata biologis tertentu. Menurut mereka pembebasan Baraq akan menjadi titik balik pembentukan infrastruktur jihad global yang signifikan di kawasan.
"Klien saya tidak menyangkal bahwa dia belajar di Pakistan dan berpartisipasi dalam kegiatan kemanusiaan. Dia juga sempat di tahan di AS selama tiga bulan kemudian dibebaskan. Mustahil jika pemerintah Israel akan memutuskan tempat untuk mengelar peradilan dan sekarang (negara) tidak tahun bagaimana cara untuk menyingkirkanya," ungkap pengacara Baraq.
Masih menurut pengacara Baraq, dalam sebuah kesepakatan yang diterima melalui kedutaan Pakistan di Mesir, klirennya akan dibebaskan dan akan di pulangkan ke Pakistan. Namun, keputusan tersebut tidak dihormati pemerintah Israel. "Kami yakini pengadilan tinggi Israel akan mengkhiri ketidakadilan yang telah berlangsung selama tiga tahun. Sementara pengadilan militer telah mengklarifikasi kepada Negara bahwa penahan ini tidak bisa diteruskan. Negara harus memutuskan apakah, melepaskan atau memindahkannya ke Qalqilya atau ke tempat lain," tutur pengaacara Baraq.
Pemerintah Israel mengungkapkan alasan mengapa Baraq berbahaya. Pria yang lahir pada tahun 1974 tersebut meninggalkan wilayah saat pecah perang Teluk pertama. Pada 1997, Baraq berhasil mendapat gelar sarjana tingkat pertama dan kedua dalam bidang mikrobiologi di Pakistan. Setahun kemudian dia memutuskan pergi ke Afghanistan untuk pelatihan militer dan mengajak orang lain untuk melakukan hal serupa. Baraq direktrut al-Qaeda dapa 2001 lalu saat organisasi tersebut dipimpin Ayman al-Zawahiri. Dia terlibat perencanaan serangan teroris terhadap Israel dan orang Yahudi di Yordania sepanjang tahun 2001. Dia juga setuju untuk melatih tiga warga Palestina untuk memproduksi racun dan menyusuh bahan untuk menyerang Israel.
Baraq ditangkap pada 2010 lalu oleh pasukan keamanan Israel di Jembatan Allenby saat menyeberang masuk ke Israel, saat dia sedang dalam proses deportasi yang dilakukan pemerintah Yordania. Sebelumnya, dia ditahan Pemerintah Yordania selama lima tahun atas keterlibatannya dalam kelompok teror internasional. Masih menurut Pemerintah Israel, Pada tahun 2003, Baraq sempat ditahan di penjara Amerika Serikat di Guantanamo di Kuba selama tiga bulan.
(esn)