Indonesia protes keras dimata-matai AS
Rabu, 30 Oktober 2013 - 15:43 WIB

Indonesia protes keras dimata-matai AS
A
A
A
Sindonews.com – Pemerintah Indonesia hari ini, Rabu (30/10/2013) mengajukan protes keras terhadap Pemerintahan Amerika Serikat (AS), setelah surat kabar harian, Sydney Morning Herald pada tanggal 29 Oktober 2013 menguak keberadaan dan penggunaan fasilitas penyadapan di Kedutaan AS di Jakarta.
“Indonesia tidak dapat menerima dan mengajukan protes keras terhadap berita tentang keberadaan fasilitas penyadapan di Kedubes AS di Jakarta,” ucap Menteri Luar Negeri, Marty M. Natalegawa, dalam rilis Kementrian Luar Negeri Indonesia, Rabu (30/10/2013), menanggapi pemberitaan di Sydney Morning Herald.
“Kami telah berbicara dengan Kepala Perwakilan Kedutaan AS di Jakarta untuk menuntut penjelasan resmi Pemerintah AS atas pemberitaan dimaksud. Perlu ditegaskan bahwa jika terkonfirmasi, tindakan tersebut bukan saja merupakan pelanggaran keamanan, melainkan juga pelanggaran serius norma serta etika diplomatik dan tentunya tidak selaras dengan semangat hubungan persahabatan antar negara,” imbuh Marty.
Sydney Morning Herald mengutip bocoran laporan National Security Agency (NSA), Edward Snowden mengungkapkan, bahwa fasilitas penyadapan AS sebanyak 90 titik yang tersebar di seluruh dunia. Untuk wilayah, Asia Tenggara, berbagai alat penyadapan AS diduga terpasang di Kedutaan Besar di Jakarta, Kuala Lumpur, Bangkok, Phnom Penh dan Yangon. Pada 13 Agustus 2010, sebuah peta tidak menunjukkan fasilitas penyadapan itu terpasang di Australia, Selandia Baru, Inggris, Jepang dan Singapura, yang semuanya diketahui sebagai sekutu terdekat AS.
Di Asia timur , upaya pengumpulan intelijen AS difokuskan pada China, dengan fasilitas yang terletak di Kedutaan Besar AS di Beijing dan konsulat AS di Shanghai dan Chengdu, Ibukota Provinsi Sichuan di barat daya China. Fasilitas lain pemantauan terletak di kantor diplomatik AS di Taipei.
“Indonesia tidak dapat menerima dan mengajukan protes keras terhadap berita tentang keberadaan fasilitas penyadapan di Kedubes AS di Jakarta,” ucap Menteri Luar Negeri, Marty M. Natalegawa, dalam rilis Kementrian Luar Negeri Indonesia, Rabu (30/10/2013), menanggapi pemberitaan di Sydney Morning Herald.
“Kami telah berbicara dengan Kepala Perwakilan Kedutaan AS di Jakarta untuk menuntut penjelasan resmi Pemerintah AS atas pemberitaan dimaksud. Perlu ditegaskan bahwa jika terkonfirmasi, tindakan tersebut bukan saja merupakan pelanggaran keamanan, melainkan juga pelanggaran serius norma serta etika diplomatik dan tentunya tidak selaras dengan semangat hubungan persahabatan antar negara,” imbuh Marty.
Sydney Morning Herald mengutip bocoran laporan National Security Agency (NSA), Edward Snowden mengungkapkan, bahwa fasilitas penyadapan AS sebanyak 90 titik yang tersebar di seluruh dunia. Untuk wilayah, Asia Tenggara, berbagai alat penyadapan AS diduga terpasang di Kedutaan Besar di Jakarta, Kuala Lumpur, Bangkok, Phnom Penh dan Yangon. Pada 13 Agustus 2010, sebuah peta tidak menunjukkan fasilitas penyadapan itu terpasang di Australia, Selandia Baru, Inggris, Jepang dan Singapura, yang semuanya diketahui sebagai sekutu terdekat AS.
Di Asia timur , upaya pengumpulan intelijen AS difokuskan pada China, dengan fasilitas yang terletak di Kedutaan Besar AS di Beijing dan konsulat AS di Shanghai dan Chengdu, Ibukota Provinsi Sichuan di barat daya China. Fasilitas lain pemantauan terletak di kantor diplomatik AS di Taipei.
(esn)