Arab Saudi berang, protes larangan wanita nyetir marak
A
A
A
Sindonews.com – Pemerintah Arab Saudi berang dengan maraknya kampanye di media sosial soal protes larangan menyetir mobil bagi kaum perempuan di negara itu. Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi telah memperingatkan, bahwa akan ada tindakan tegas terhadap kampanye protes semacam itu.
”Peraturan di Arab Saudi melarang setiap tindakan yang mengganggu perdamaian sosial dan membuka pintu bagi hasutan,” kata Kementerian Dalam Negeri dalam pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita negara SPA, Kamis (24/10/2013).
”Kementerian Dalam Negeri menegaskan kepada semuanya, bahwa pihak berwenang akan menegakkan hukum terhadap semua pelanggar aturan,” lanjut pernyataan tu.
Peringatan itu juga ditujukan bagi aktivis media sosial. Pemerintah meminta aktivis media sosial untuk menghentikan setiap perempuan jika terlihat mengemudikan di jalan-jalan.
Kampanye ”26 Oktober Mengemudi” muncul di negara itu, setelah pemerintah setempat melarang kaum perempuan mengemudikan mobil. Alasannya, mengemudikan mobil bisa membuat tulang belakang kaum perempuan bisa bermasalah.
Peringatan keras pemerintah tersebut juga muncul, setelah sejumlah ulama di Jedah ikut memprotes larangan itu. Menurut para ulama, tidak ada hukum spesifik yang melarang kaum perempuan mengemudikan mobil, kecuali bagi mereka yang tidak memiliki surat izin mengemudi .
Para perempuan yang memprotes larangan itu, mengatakan, dengan adanya larangan tersebut, mereka telah mengeluarkan biaya tambahan, karena harus mempekerjakan sopir. Larangan itu juga telah menghambat aktivitas sehari-hari kaum perempuan.
”Peraturan di Arab Saudi melarang setiap tindakan yang mengganggu perdamaian sosial dan membuka pintu bagi hasutan,” kata Kementerian Dalam Negeri dalam pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita negara SPA, Kamis (24/10/2013).
”Kementerian Dalam Negeri menegaskan kepada semuanya, bahwa pihak berwenang akan menegakkan hukum terhadap semua pelanggar aturan,” lanjut pernyataan tu.
Peringatan itu juga ditujukan bagi aktivis media sosial. Pemerintah meminta aktivis media sosial untuk menghentikan setiap perempuan jika terlihat mengemudikan di jalan-jalan.
Kampanye ”26 Oktober Mengemudi” muncul di negara itu, setelah pemerintah setempat melarang kaum perempuan mengemudikan mobil. Alasannya, mengemudikan mobil bisa membuat tulang belakang kaum perempuan bisa bermasalah.
Peringatan keras pemerintah tersebut juga muncul, setelah sejumlah ulama di Jedah ikut memprotes larangan itu. Menurut para ulama, tidak ada hukum spesifik yang melarang kaum perempuan mengemudikan mobil, kecuali bagi mereka yang tidak memiliki surat izin mengemudi .
Para perempuan yang memprotes larangan itu, mengatakan, dengan adanya larangan tersebut, mereka telah mengeluarkan biaya tambahan, karena harus mempekerjakan sopir. Larangan itu juga telah menghambat aktivitas sehari-hari kaum perempuan.
(mas)