Kisruh pemilu Kamboja, massa 'serbu' kedubes asing
A
A
A
Sindonews.com - Ribuan pendukung oposisi di Kamboja pada Kamis (24/10/2013) pagi, melanjutkan protes mereka terhadap hasil pemilu bulan Juli 2013 yang disengketakan. Demonstrasi besar yang memasuki hari kedua itu, mereka mendatangi sejumlah keduataan asing untuk menyerahkan petisi.
Berbagai keduataan asing yang didatangi massa pro-oposisi Kamboja itu, antara lain Kedutaan Besar Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis. Pemimpin Oposisi Kamboja dari Partai Nasional Penyelamatan Kamboja (CNRP) Sam Rainsy, mengatakan petisi itu untuk mencari dukungan agar pihak asing intervensi dalam krisis politik di negara mereka.
Pasukan keamanan telah dikerahkan di sekitar lokasi demonstrasi. Kemarin, Sam Rainsy memimpin demonstran berpawai dari Freedom Park ke kantor PBB di Kamboja yang berjarak 3,5 km. Di kantor PBB, mereka menyerukan agar pihak asing intervensi atas hasil pemilu yang jadi sengketa.
Jenderal Kheng Tito, juru bicara Polisi Militer Nasional, mengatakan demonstrasi besar tidak berbuntut bentrokan antara demonstran dengan polisi. ”Rencananya, demonstrasi akan kembali digelar pada hari ketiga, yakni Jumat (25/10/2013) besok. Sasaran penyampaian petisi besok adalah kedutaan besar Australia, Rusia, Jepang, Indonesia, dan China,” tulis Xinhua, mengutip kerangan dari massa pro-opsisi Kamboja.
Pada pertengahan September 2013 lalu, CNRP juga meluncurkan demonstrasi besar selama tiga hari. Demonstrasi itu memicu bentrokan antara massa demonstran dengan aparat polisi. Seorang demonstran ditembak mati, dan beberapa lainnya terluka.
Kekisruhan politik di Kamboja terjadi, setelah hasil Pemilu 28 Juli 2013 yang dimenangkan partai berkuasa pimpinan Perdana Menteri Hunsen, diprotes CNRP. Alasannya, ada dugaan kecurangan. CNRP minta dilakukan investigasi, tapi permintaan itu diabaikan. Puncaknya, CNRP memboikot pembukaan parlemen baru hasil pemilu.
Berbagai keduataan asing yang didatangi massa pro-oposisi Kamboja itu, antara lain Kedutaan Besar Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis. Pemimpin Oposisi Kamboja dari Partai Nasional Penyelamatan Kamboja (CNRP) Sam Rainsy, mengatakan petisi itu untuk mencari dukungan agar pihak asing intervensi dalam krisis politik di negara mereka.
Pasukan keamanan telah dikerahkan di sekitar lokasi demonstrasi. Kemarin, Sam Rainsy memimpin demonstran berpawai dari Freedom Park ke kantor PBB di Kamboja yang berjarak 3,5 km. Di kantor PBB, mereka menyerukan agar pihak asing intervensi atas hasil pemilu yang jadi sengketa.
Jenderal Kheng Tito, juru bicara Polisi Militer Nasional, mengatakan demonstrasi besar tidak berbuntut bentrokan antara demonstran dengan polisi. ”Rencananya, demonstrasi akan kembali digelar pada hari ketiga, yakni Jumat (25/10/2013) besok. Sasaran penyampaian petisi besok adalah kedutaan besar Australia, Rusia, Jepang, Indonesia, dan China,” tulis Xinhua, mengutip kerangan dari massa pro-opsisi Kamboja.
Pada pertengahan September 2013 lalu, CNRP juga meluncurkan demonstrasi besar selama tiga hari. Demonstrasi itu memicu bentrokan antara massa demonstran dengan aparat polisi. Seorang demonstran ditembak mati, dan beberapa lainnya terluka.
Kekisruhan politik di Kamboja terjadi, setelah hasil Pemilu 28 Juli 2013 yang dimenangkan partai berkuasa pimpinan Perdana Menteri Hunsen, diprotes CNRP. Alasannya, ada dugaan kecurangan. CNRP minta dilakukan investigasi, tapi permintaan itu diabaikan. Puncaknya, CNRP memboikot pembukaan parlemen baru hasil pemilu.
(mas)