Presiden Iran larang slogan 'matilah Amerika'

Senin, 21 Oktober 2013 - 12:42 WIB
Presiden Iran larang slogan matilah Amerika
Presiden Iran larang slogan 'matilah Amerika'
A A A
Sindonews.com – Kebencian Pemerintah Iran terhadap Amerika Serikat (AS) mulai memudar, setelah Presiden baru Iran, Hassan Rouhani, mengeluarkan larangan pada rakyatnya untuk tidak meneriakkan slogan “matilah Amerika”. Larangan itu muncul, di tengah upaya Pemerintah Iran membangun kembali hubungannya dengan negara-negara Barat.

Mentor politik Rouhani, yakni Mantan Presiden Iran, Akbar Hashemi Rafsanjani, secara terbuka mengatakan, slogan terkenal “matilah Amerika” yang rutin diteriakkan rakyat Iran saban hari Jumat harus diredam. Menurutnya, slogan yang diteriakkan di acara-acara keagamaan, seperti usai salat Jumat di Universitas Teheran harus dihentikan.

Slogan itu pula yang disuarakan para massa garis keras, ketika menyambut kepulangan Rouhani usai lawatannya dari New York, AS, beberapa waktu lalu. Bahkan Rouhani yang dalam lawatannya untuk menjalin hubungan dengan AS, dilempar sepatu oleh massa garis keras saat tiba di Iran.

Rafsanjani membantah bahwa kritikus Rouhani yang memegang kendali bangsa Iran. ”Jika ekstrimis memungkinkan kita untuk memiliki hubungan dengan dunia, banyak masalah negara akan diselesaikan,” katanya kepada sekelompok industrialis dan pengusaha, seperti dikutip Daily Mail, kemarin (20/10/2013). ”Kalau tidak , kita tidak akan berhasil.”

Upaya Rouhani—presiden yang dikenal moderat—itu, sejatinya untuk membebaskan penderitaan rakyat Iran akibat sanksi atau embargo ekonomi, terkait program nuklir Teheran. Sedangkan slogan “matilah Amerika” yang diserukan rakyat Iran usai salat Jumat menjadi tradisi sejak Revolusi Iran tahun 1979.

Sebelumnya, faksi garis keras Iran, termasuk komandan Guard, telah berjanji untuk menggelar konvoi anti-AS pada 4 November 2013 nanti. Konvoi itu untuk memperingati pengambilalihan Kedutaan Besar AS di Teheran tahun 1979, sebagai puncak Revolusi Republik Islam Iran. Tanggal tersebut diperingati setiap tahun dengan menggelar aksi mural anti-AS di dinding-dinding bekas bangunan Kedutaan AS di Teheran.

Pengamat politik Iran dari Universtitas Birmigham, Inggris, Scott Lucas, berpendapat, faksi garis keras Iran tidak akan tinggal diam dengan langkah Rouhani yang mulai menjalin hubungan dengan negara-negara Barat.

Di era Pemerintahan Rouhani, Iran telah dua hari melakukan pembicaraan nuklir dengan negara-negara yang jadi kekuatan Barat atau negara P5+1 di Jenewa. Hasilnya, ada harapan untuk mengkaji ulang sanksi ekonomi negara-negara Barat terhadap Iran.

Di Washington, juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Jennifer Psaki, mengatakan Iran telah menawarkan pendekatan yang berujung pada pembicaraan untuk ke arah yang lebih maju soal krisis nuklir Teheran.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5480 seconds (0.1#10.140)