Oposisi bersedia hadapi rezim Assad di Jenewa
A
A
A
Sindonews.com – Kelompok Koalisi Oposisi Nasional Suriah (SNC) mengatakan, mereka bersedia berhadapan dengan rezim Assad untuk menghadiri perundingan damai Jenewa. Kesediaan mereka, diklaim untuk mengakhiri perang sipil dan menciptakan pemerintahan transisi.
Kesediaan SNC untuk berunding damai di Jenewa merupakan yang pertama kali. Kendati demikian, sejumlah tokoh dari SNC, yang sebagian ada di tempat pengasingan masih ragu-ragu dengan perundingan yang digagas Amerika Serikat dan Rusia tersebut.
Sebelumnya, mereka bersikeras menolak perundingan damai, selama Bashar al-Assad masih berkuasa di Suriah. Terlebih, mereka menyalahkan rezim Presiden Assad atas serangan pada 21 Agustus 2013 yang mereka klaim menewaskan lebih dari 1.000 orang.
Kesediaan SNC berunding damai di Jenewa itu, terungkap dalam sebuah surat yang ditujukan kepada Dewan Keamanan PBB tertanggal 19 September 2013, atas nama Presiden SNC, Ahmad Jarba. ”Koalisi menegaskan kembali kesediaannya untuk terlibat dalam Konferensi Jenewa untuk masa depan,” bunyi surat yang ditulis Jarba, seperti dikutip Reuters, Senin (23/9/2013).
Sementara itu, kelompok pemberontak yang berada di luar SNC, mengecam keputusan oposisi yang bersedia berunding dan rezim Assad di Jenewa. ”Negosiasi dengan Assad akan menjadi hinaan bagi semua orang yang telah mengorbankan hidup mereka. Koalisi tidak memiliki basis di dalam wilayah Suriah untuk membuat keputusan seperti itu,” kecam Agha, salah satu anggota pemberontak Suriah yang beroperasi di dekat Damaskus.
Aktivis di Suriah utara, Mahmoud al – Zaqwan, mengatakan ia takut konferensi di Jenewa adalah upaya AS seperti yang mereka lakukan utuk menjatuhkan Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh, turun dari kekuasaan.”Kami tidak akan bernegosiasi dengan tiran itu. Kami tidak akan menerima Solusi Yaman di Suriah. Revolusi ini tidak hanya akan membawa kejatuhan Assad . Ini juga akan mencoba dia. Kami bersedia untuk menunggu,” ujarnya.
Kesediaan SNC untuk berunding damai di Jenewa merupakan yang pertama kali. Kendati demikian, sejumlah tokoh dari SNC, yang sebagian ada di tempat pengasingan masih ragu-ragu dengan perundingan yang digagas Amerika Serikat dan Rusia tersebut.
Sebelumnya, mereka bersikeras menolak perundingan damai, selama Bashar al-Assad masih berkuasa di Suriah. Terlebih, mereka menyalahkan rezim Presiden Assad atas serangan pada 21 Agustus 2013 yang mereka klaim menewaskan lebih dari 1.000 orang.
Kesediaan SNC berunding damai di Jenewa itu, terungkap dalam sebuah surat yang ditujukan kepada Dewan Keamanan PBB tertanggal 19 September 2013, atas nama Presiden SNC, Ahmad Jarba. ”Koalisi menegaskan kembali kesediaannya untuk terlibat dalam Konferensi Jenewa untuk masa depan,” bunyi surat yang ditulis Jarba, seperti dikutip Reuters, Senin (23/9/2013).
Sementara itu, kelompok pemberontak yang berada di luar SNC, mengecam keputusan oposisi yang bersedia berunding dan rezim Assad di Jenewa. ”Negosiasi dengan Assad akan menjadi hinaan bagi semua orang yang telah mengorbankan hidup mereka. Koalisi tidak memiliki basis di dalam wilayah Suriah untuk membuat keputusan seperti itu,” kecam Agha, salah satu anggota pemberontak Suriah yang beroperasi di dekat Damaskus.
Aktivis di Suriah utara, Mahmoud al – Zaqwan, mengatakan ia takut konferensi di Jenewa adalah upaya AS seperti yang mereka lakukan utuk menjatuhkan Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh, turun dari kekuasaan.”Kami tidak akan bernegosiasi dengan tiran itu. Kami tidak akan menerima Solusi Yaman di Suriah. Revolusi ini tidak hanya akan membawa kejatuhan Assad . Ini juga akan mencoba dia. Kami bersedia untuk menunggu,” ujarnya.
(esn)