AS perintahkan diplomatnya keluar dari Libanon
A
A
A
Sindonews.com – Departemen Luar Negeri Amerika Serkat (AS) memerintahkan diplomat mereka yang berstatus non-darurat untuk meninggalkan Libanon, Jumat (6/9/2013). Instruksi ini dikeluarkan mengingat adanya ancaman potensial terhadap fasilitas dan personil misi AS di negara itu.
"Kami mengambil langkah-langkah keluar untuk melindungi diplomat dan keluarga mereka, serta karyawan lokal dan pengunjung ke fasilitas kami. Kami akan terus menilai situasi dan menyesuaikan postur keamanan kami sesuai," kata pernyataan Departemen Luar Negeri AS, seperti dikutip dari Xinhua.
Pernyataan ini juga menyarankan pada warga AS yang berada di Libanon atau Turki tenggara untuk menghindari bepergian ke Libanon dan memperingatkan mereka yang bepergian ke atau tinggal di Turki.
"Warga AS yang tersisa di Libanon atau Turki tenggara, meskipun telah diberi Travel Warning, harus membatasi perjalanan yang tidak penting di dalam negeri. Mereka harus waspada akan lingkungan mereka, apakah di tempat tinggal atau tempat aktivitas dan membuat rencana kontingensi darurat mereka sendiri," lanjut pernyataan itu.
Ketegangan di kawasan itu kian meningkat, setelah munculnya rencana AS untuk melakukan invasi militer ke Suriah, sebagai respon atas adanya dugaan serangan senjata kimia yang dilakukan rezim Suriah di Damaskus.
"Kami mengambil langkah-langkah keluar untuk melindungi diplomat dan keluarga mereka, serta karyawan lokal dan pengunjung ke fasilitas kami. Kami akan terus menilai situasi dan menyesuaikan postur keamanan kami sesuai," kata pernyataan Departemen Luar Negeri AS, seperti dikutip dari Xinhua.
Pernyataan ini juga menyarankan pada warga AS yang berada di Libanon atau Turki tenggara untuk menghindari bepergian ke Libanon dan memperingatkan mereka yang bepergian ke atau tinggal di Turki.
"Warga AS yang tersisa di Libanon atau Turki tenggara, meskipun telah diberi Travel Warning, harus membatasi perjalanan yang tidak penting di dalam negeri. Mereka harus waspada akan lingkungan mereka, apakah di tempat tinggal atau tempat aktivitas dan membuat rencana kontingensi darurat mereka sendiri," lanjut pernyataan itu.
Ketegangan di kawasan itu kian meningkat, setelah munculnya rencana AS untuk melakukan invasi militer ke Suriah, sebagai respon atas adanya dugaan serangan senjata kimia yang dilakukan rezim Suriah di Damaskus.
(esn)