Dalam 3 tahun, NSA sadap 56 ribu email secara ilegal
A
A
A
Sindonews.com - Badan Keamanan Nasional (NSA) Amerika Serikat, dalam tempo tiga tahun sengaja menyadap 56 ribu email warga AS. Puluhan ribu email itu disadap dari tahun 2008-2011.
Pengadilan AS, yang biasanya merahasiakan hasil putusannya, menyatakan, tindakan NSA itu, diduga kuat melanggar hukum di AS. NSA terus menjadi sorotan, setelah mantan kontraktornya, Edward Snowden, 30, telah membocorkan dokumen penyadapan global yang dilakukan AS.
Para pejabat intelijen yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan, tindakan NSA tidak disengaja. Mereka menyalahkan tindakan itu, justru pada masalah teknologi.
”NSA tidak bisa memisahkan email pribadi warga biasa dengan warga lain yang terkait dengan sangkaan rencana terorisme. Sehingga badan itu mengumpulkan puluhan ribu email di dalam negeri setiap tahun,” bunyi dokumen putusan pengadilan AS.
Dalam putusannya, hakim pengadilan, John Bates, mengkritik NSA atas pelanggaran privasi. ”Ini menandai contoh, bahwa dalam waktu kurang dari tiga tahun pemerintah telah melakukan kekeliruan besar dengan program surveilan-nya,” kata Bates, dikutip BBC, Kamis (22/8/2013).
Pengadilan AS, yang biasanya merahasiakan hasil putusannya, menyatakan, tindakan NSA itu, diduga kuat melanggar hukum di AS. NSA terus menjadi sorotan, setelah mantan kontraktornya, Edward Snowden, 30, telah membocorkan dokumen penyadapan global yang dilakukan AS.
Para pejabat intelijen yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan, tindakan NSA tidak disengaja. Mereka menyalahkan tindakan itu, justru pada masalah teknologi.
”NSA tidak bisa memisahkan email pribadi warga biasa dengan warga lain yang terkait dengan sangkaan rencana terorisme. Sehingga badan itu mengumpulkan puluhan ribu email di dalam negeri setiap tahun,” bunyi dokumen putusan pengadilan AS.
Dalam putusannya, hakim pengadilan, John Bates, mengkritik NSA atas pelanggaran privasi. ”Ini menandai contoh, bahwa dalam waktu kurang dari tiga tahun pemerintah telah melakukan kekeliruan besar dengan program surveilan-nya,” kata Bates, dikutip BBC, Kamis (22/8/2013).
(esn)