Inilah pusat penyiksaan era Saddam Husein yang jadi museum
A
A
A
Sindonews.com - Kamiran Aziz Ali meringis dan membungkuk, dengan posisi tangannya di belakang punggung. Ia memeragakan kembali siksaan yang ia alami pada Januari 1990, ketika antek Saddam Hussein melemparkannya ke penjara seram itu.
”Saya masih sakit," kata Ali, dikutip Asia One, Sabtu (13/7/2013). ”Saya tidak bisa duduk untuk waktu yang lama lagi,” katanya lagi.
Beruntung, Ali kini sudah bebas dari siksaan di penjara tersebut. Selama bertahun-tahun, pusat penyiksaan yang dikenal sebagai Gedung Merah menjadi fasilitas rezim Saddam Husein untuk untuk memerangi pemberontak Kurdi. Pusat penyiksaan itu kini menjadi museum untuk mengenang kekejaman rezim Saddam Husein.
Sejak tahun 1996 Gedung Merah itu dipamerkan, sebelum wilayah Kurdi dipecah menjadi tiga provinsi dengan otonomi khusus. Warga setempat menyebut museum itu dengan nama “museum nasional dalam rangka tidak untuk melupakan".
Museum itu berupa bangunan beton yang terletak di lingkungan Sulaimaniyah, kota kedua Kurdistan Irak yang kaya. Tepatnya, berjarak 270 kilometer sebelah utara Baghdad. Cat merah yang menutupi dindingnya telah memudar dari waktu ke waktu. Sedangkan kawat beruduri untuk mencegah tahanan melarikan diri masih terpasang.
Ketika Kurdistan Irak berada di bawah kekuasaan rezim Saddam sampai tahun 1991, beberapa ratus pejuang pemberontak Kurdi dipenjara di Gedung Merah. Mereka dipenjara dengan tuduhan subversi. Salah satu mantan tahanan terkenal adalah gubernur yang berkuasa di Provinsi Sulaimaniyah saat ini.
Butuh waktu enam tahun untuk membangun fasilitas museum itu. Menurut Direktur Museum, Ako Gharib, perancang museumnya para insinyur eks- Jerman Timur. ”Ini bukan penjara dalam arti konvensional," katanya. ”Itu adalah pusat interogasi. Tahanan tinggal di sini selama enam sampai delapan bulan dan kemudian akan ditransfer ke Abu Ghraib atau Baghdad.”
”Saya masih sakit," kata Ali, dikutip Asia One, Sabtu (13/7/2013). ”Saya tidak bisa duduk untuk waktu yang lama lagi,” katanya lagi.
Beruntung, Ali kini sudah bebas dari siksaan di penjara tersebut. Selama bertahun-tahun, pusat penyiksaan yang dikenal sebagai Gedung Merah menjadi fasilitas rezim Saddam Husein untuk untuk memerangi pemberontak Kurdi. Pusat penyiksaan itu kini menjadi museum untuk mengenang kekejaman rezim Saddam Husein.
Sejak tahun 1996 Gedung Merah itu dipamerkan, sebelum wilayah Kurdi dipecah menjadi tiga provinsi dengan otonomi khusus. Warga setempat menyebut museum itu dengan nama “museum nasional dalam rangka tidak untuk melupakan".
Museum itu berupa bangunan beton yang terletak di lingkungan Sulaimaniyah, kota kedua Kurdistan Irak yang kaya. Tepatnya, berjarak 270 kilometer sebelah utara Baghdad. Cat merah yang menutupi dindingnya telah memudar dari waktu ke waktu. Sedangkan kawat beruduri untuk mencegah tahanan melarikan diri masih terpasang.
Ketika Kurdistan Irak berada di bawah kekuasaan rezim Saddam sampai tahun 1991, beberapa ratus pejuang pemberontak Kurdi dipenjara di Gedung Merah. Mereka dipenjara dengan tuduhan subversi. Salah satu mantan tahanan terkenal adalah gubernur yang berkuasa di Provinsi Sulaimaniyah saat ini.
Butuh waktu enam tahun untuk membangun fasilitas museum itu. Menurut Direktur Museum, Ako Gharib, perancang museumnya para insinyur eks- Jerman Timur. ”Ini bukan penjara dalam arti konvensional," katanya. ”Itu adalah pusat interogasi. Tahanan tinggal di sini selama enam sampai delapan bulan dan kemudian akan ditransfer ke Abu Ghraib atau Baghdad.”
(esn)