AS desak militer Mesir bebaskan Morsi
A
A
A
Sindonews.com – Pemerintah AS telah mendesak militer Mesir untuk membebaskan Mohamed Morsi—Presiden Mesir yang digulingkan--, dari tahanan rumah. Demikian disampaikan juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Jen Psaki, Jumat kemarin, dikutip CNN, Sabtu (13/7/2013).
Psaki mengatakan penahanan Morsi dan anggota Ikhwanul Muslimin lainnya bermotif politik. Desakan Pemerintah AS itu muncul, setelah seruan serupa muncul dari pemerintah Jerman, kemarin.
Puluhan ribu orang, kemarin juga berdemonstrasi di depan sebuah masjid di Kairo. Mereka tidak hanya menyerukan pembebasan Morsi, tapi juga menuntut pengembalian kekuasaan Morsi yang diraih melalui Pemilu yang demokratis setahun lalu.
Pendukung Morsi memadati dua jalan utama di Kota Nasr. Mereka bersumpah untuk mempertaruhkan hidup mereka demi mengembalikankekuasaan Morsi yang dilengserkan militer 3 Juli 2013 lalu.
Namun, Pemerintah Obama masih ragu untuk menyebut pemecatan Morsi sebagai kudeta militer. Keraguan itu menjadi polemik, apakah AS akan menghentikan bantuannya kepada militer atau tetap melanjutkannya.
Presiden Barack Obama sendiri melalui telepon sudah berdiksui dengan Raja Arab Saudi, Abdullah, guna membahas situasi terkini di Mesir. ”Mereka sepakat bahwa Amerika Serikat dan Arab Saudi memiliki kepentingan bersama dalam mendukung stabilitas Mesir,” bunyi pernyataan Gedung Putih.
”Presiden menyatakan keprihatinan serius tentang kekerasan di Mesir dan menekankan dilakukannya proses politik inklusif yang memungkinkan pemerintahan Mesir dikembalikan kepada sipil yang terpilih secara demokratis.”
Psaki mengatakan penahanan Morsi dan anggota Ikhwanul Muslimin lainnya bermotif politik. Desakan Pemerintah AS itu muncul, setelah seruan serupa muncul dari pemerintah Jerman, kemarin.
Puluhan ribu orang, kemarin juga berdemonstrasi di depan sebuah masjid di Kairo. Mereka tidak hanya menyerukan pembebasan Morsi, tapi juga menuntut pengembalian kekuasaan Morsi yang diraih melalui Pemilu yang demokratis setahun lalu.
Pendukung Morsi memadati dua jalan utama di Kota Nasr. Mereka bersumpah untuk mempertaruhkan hidup mereka demi mengembalikankekuasaan Morsi yang dilengserkan militer 3 Juli 2013 lalu.
Namun, Pemerintah Obama masih ragu untuk menyebut pemecatan Morsi sebagai kudeta militer. Keraguan itu menjadi polemik, apakah AS akan menghentikan bantuannya kepada militer atau tetap melanjutkannya.
Presiden Barack Obama sendiri melalui telepon sudah berdiksui dengan Raja Arab Saudi, Abdullah, guna membahas situasi terkini di Mesir. ”Mereka sepakat bahwa Amerika Serikat dan Arab Saudi memiliki kepentingan bersama dalam mendukung stabilitas Mesir,” bunyi pernyataan Gedung Putih.
”Presiden menyatakan keprihatinan serius tentang kekerasan di Mesir dan menekankan dilakukannya proses politik inklusif yang memungkinkan pemerintahan Mesir dikembalikan kepada sipil yang terpilih secara demokratis.”
(esn)