Penggulingkan Morsi remukkan mimpi Hamas
A
A
A
Sindonews.com – Penggulingan Mohamed Morsi dari kursi Presiden Mesir oleh militer, sudah meremukkan mimpi Hamas yang menguasai Jalur Gaza. Pasalnya, Hamas berniat membangun hubungan dengan Pemerintah Mesir yang terpilih secara demokratis tersebut.
Hamas, yang berafiliasi dengan Ikhwanul Muslimin—kelompok pengusung Morsi--, telah kehilangan sekutu yang berharga. ”Apa yang terjadi di Mesir merupakan mimpi buruk bagi Hamas yang tidak diharapkan,” kata professor ilmu politik di Universitas al-Azhar di Gaza, Abu Saada Mukhaimer, dikutip ABS-CBN News, Sabtu (6/7/2013).
”Selama setahun lalu, Hamas telah membangun hubungan yang baik dengan Morsi dan Ikhwanul Muslimin di Mesir,” lanjut Saada.
Pemimpin Hamas, Khaled Meshaal dan Ismail Haniya pada tahun lalu kerap menggelar pertemuan penting dengan Morsi. ” Itu kerjasama resmi antar-kedua pemerintah,” imbuh dia.
Saada mencatat, bahwa Hamas telah menjadi sasaran dari kampanye ganas media di Mesir. Hamas, katanya, dituduh ikut campur dalam urusan internal Mesir sebelum dan sesudah tahun 2011 atau saat penggulingan Hosni Mubarak dan saat pemerintahan Mesir dipegang Morsi.
Pada 23 Juni, pengadilan Mesir memutuskan, bahwa Hamas dan kelompok Hizbullah Libanon telah bekerjasama dengan Ikhwanul Muslimin yang terlibat dalam upaya pembebasan tahanan, termasuk Morsi, dari penjara selama pemberontakan anti-Mubarak.
”Apa yang terjadi di Mesir merupakan pukulan bagi Ikhwanul Muslimin, terutama di Jalur Gaza," kata analis politik Palestina, Hani Habib. ”Situasi keamanan di Sinai berfungsi sebagai pembenaran (oleh Mesir) untuk menekan Hamas.”
Hamas, yang berafiliasi dengan Ikhwanul Muslimin—kelompok pengusung Morsi--, telah kehilangan sekutu yang berharga. ”Apa yang terjadi di Mesir merupakan mimpi buruk bagi Hamas yang tidak diharapkan,” kata professor ilmu politik di Universitas al-Azhar di Gaza, Abu Saada Mukhaimer, dikutip ABS-CBN News, Sabtu (6/7/2013).
”Selama setahun lalu, Hamas telah membangun hubungan yang baik dengan Morsi dan Ikhwanul Muslimin di Mesir,” lanjut Saada.
Pemimpin Hamas, Khaled Meshaal dan Ismail Haniya pada tahun lalu kerap menggelar pertemuan penting dengan Morsi. ” Itu kerjasama resmi antar-kedua pemerintah,” imbuh dia.
Saada mencatat, bahwa Hamas telah menjadi sasaran dari kampanye ganas media di Mesir. Hamas, katanya, dituduh ikut campur dalam urusan internal Mesir sebelum dan sesudah tahun 2011 atau saat penggulingan Hosni Mubarak dan saat pemerintahan Mesir dipegang Morsi.
Pada 23 Juni, pengadilan Mesir memutuskan, bahwa Hamas dan kelompok Hizbullah Libanon telah bekerjasama dengan Ikhwanul Muslimin yang terlibat dalam upaya pembebasan tahanan, termasuk Morsi, dari penjara selama pemberontakan anti-Mubarak.
”Apa yang terjadi di Mesir merupakan pukulan bagi Ikhwanul Muslimin, terutama di Jalur Gaza," kata analis politik Palestina, Hani Habib. ”Situasi keamanan di Sinai berfungsi sebagai pembenaran (oleh Mesir) untuk menekan Hamas.”
(esn)