Presiden Brazil tawarkan referendum reformasi
A
A
A
Sindonews.com - Presiden Brazil, Dilma Rousseff pada Senin (24/6/2013), menawarkan referendum reformasi untuk merespons gelombang demonstrasi anti-pemerintah.
Dikutip Xinhua Selasa (25/6/2013), reformasi yang ditawarkan itu untuk memilih Majelis Konstituante. Tawaran referendum reformasi itu disampaikan Rousseff, setelah menggelar pertemuan dengan gubernur dan walikota dari seluruh wilayah di Brazil.
”Orang-orang di jalan menuntut perubahan. Orang-orang memberitahu kami, bahwa mereka ingin layanan publik yang berkualitas, dan mekanisme yang efisien untuk memerangi korupsi,” kata Rousseff.
Pertemuan ini juga dirancang untuk menguraikan aksi bersama untuk meningkatkan pelayanan publik, seperti transportasi, kesehatan dan pendidikan. Rousseff mencoba untuk menemukan cara untuk memenuhi tuntutan yang disampaikan para demonstran.
Beberapa usulan solusi yang disampaikan Presiden Brazil itu, di antaranya, penguatan sistem kesehatan masyarakat, meningkatkan transportasi publik, dan mengalokasikan 100 persen dari pendapatan minyak untuk pendidikan, serta melakukan reformasi politik melalui Majelis Konstituante.
Menurutnya, reformasi politik harus menghasilkan formula hukuman yang berat untuk para koruptor, dan mempertimbangkan untuk memasukkan kasus korupsi sebagai kasus kejahatan serius. ”Kami akan melalui proses perubahan, mungkin ini salah satu (langkah) terbesar yang pernah dialami negara ini,” ujar Rousseff.
Keputusan presiden untuk referendum reformasi itu, bermula dari munculnya gelombang demonstrasi selama dua pekan yang menyebar ke berbagai kota di Brazil. Mereka memprotes kenaikan tarif transportasi dan mahalnya biaya penyelanggaraan Piala Dunia 2014. Namun, pelayanan publik dinilai masih kurang dan diperparah dengan suburnya praktik korupsi.
Dikutip Xinhua Selasa (25/6/2013), reformasi yang ditawarkan itu untuk memilih Majelis Konstituante. Tawaran referendum reformasi itu disampaikan Rousseff, setelah menggelar pertemuan dengan gubernur dan walikota dari seluruh wilayah di Brazil.
”Orang-orang di jalan menuntut perubahan. Orang-orang memberitahu kami, bahwa mereka ingin layanan publik yang berkualitas, dan mekanisme yang efisien untuk memerangi korupsi,” kata Rousseff.
Pertemuan ini juga dirancang untuk menguraikan aksi bersama untuk meningkatkan pelayanan publik, seperti transportasi, kesehatan dan pendidikan. Rousseff mencoba untuk menemukan cara untuk memenuhi tuntutan yang disampaikan para demonstran.
Beberapa usulan solusi yang disampaikan Presiden Brazil itu, di antaranya, penguatan sistem kesehatan masyarakat, meningkatkan transportasi publik, dan mengalokasikan 100 persen dari pendapatan minyak untuk pendidikan, serta melakukan reformasi politik melalui Majelis Konstituante.
Menurutnya, reformasi politik harus menghasilkan formula hukuman yang berat untuk para koruptor, dan mempertimbangkan untuk memasukkan kasus korupsi sebagai kasus kejahatan serius. ”Kami akan melalui proses perubahan, mungkin ini salah satu (langkah) terbesar yang pernah dialami negara ini,” ujar Rousseff.
Keputusan presiden untuk referendum reformasi itu, bermula dari munculnya gelombang demonstrasi selama dua pekan yang menyebar ke berbagai kota di Brazil. Mereka memprotes kenaikan tarif transportasi dan mahalnya biaya penyelanggaraan Piala Dunia 2014. Namun, pelayanan publik dinilai masih kurang dan diperparah dengan suburnya praktik korupsi.
(esn)