Anggota Parlemen Rusia sebut AS berbohong soal senjata kimia di Suriah
A
A
A
Sindonews.com - Alexei Pushkov, Kepala Parlemen Rusia urusan Komite Internasional dalam akun Twitter-nya mengatakan, laporan Amerika Serikat (AS) yang menyimpulkan bahwa Pemerintah Suriah telah menggunakan senjata kimia terhadap pemberontak adalah sebuah tudingan palsu.
"Informasi tentang penggunaan senjata kimia oleh Presiden Suriah Bashar al-Assad dibuat dalam cara yang sama seperti kebohongan bahwa Saddam Hussein memiliki senjata pemusnah massal di Irak," ungkap Pushkov.
"Presiden Obama telah menggunakan cara serupa seperti yang dilakukan mantan Presiden George W. Bush itu," lanjut Pushkov.
Seperti diketahui, sebelum AS menginvasi Irak pada 2003 lalu, intelijen AS menyampaikan laporan kepada PBB, bahwa rezim Saddam Hussein memiliki senjata pemusnah massal, termasuk gas sarin (penyerang saraf), rudal balistik, dan program senjata nuklir. AS mengklaim, bahwa semua senjata itu merupakan ancaman untuk membenarkan invasi ke Irak. Tapi, setelah negara itu diduduki, senjata pemusnah masal yang dituduhkan tidak pernah ditemukan.
Sebelumnya, Deputi Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Ben Rhodes mengatakan, setelah review, intelijen, AS menilai bahwa rezim Assad telah menggunakan senjata kimia. Termasuk, gas sarin dalam skala kecil selama beberapa kali untuk melawan oposisi dalam setahun terakhir.
"Intelijen memperkirakan, bahwa 100 sampai 150 orang telah meninggal akibat serangan senjata kimia yang terdeteksi di Suriah sampai saat ini. Namun, data korban kemungkinan tidak lengkap. Selain itu, tidak ada bukti kredibel yang menunjukkan bahwa para pemberontak Suriah telah menggunakan senjata kimia,” lanjut Rhodes.
"Informasi tentang penggunaan senjata kimia oleh Presiden Suriah Bashar al-Assad dibuat dalam cara yang sama seperti kebohongan bahwa Saddam Hussein memiliki senjata pemusnah massal di Irak," ungkap Pushkov.
"Presiden Obama telah menggunakan cara serupa seperti yang dilakukan mantan Presiden George W. Bush itu," lanjut Pushkov.
Seperti diketahui, sebelum AS menginvasi Irak pada 2003 lalu, intelijen AS menyampaikan laporan kepada PBB, bahwa rezim Saddam Hussein memiliki senjata pemusnah massal, termasuk gas sarin (penyerang saraf), rudal balistik, dan program senjata nuklir. AS mengklaim, bahwa semua senjata itu merupakan ancaman untuk membenarkan invasi ke Irak. Tapi, setelah negara itu diduduki, senjata pemusnah masal yang dituduhkan tidak pernah ditemukan.
Sebelumnya, Deputi Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Ben Rhodes mengatakan, setelah review, intelijen, AS menilai bahwa rezim Assad telah menggunakan senjata kimia. Termasuk, gas sarin dalam skala kecil selama beberapa kali untuk melawan oposisi dalam setahun terakhir.
"Intelijen memperkirakan, bahwa 100 sampai 150 orang telah meninggal akibat serangan senjata kimia yang terdeteksi di Suriah sampai saat ini. Namun, data korban kemungkinan tidak lengkap. Selain itu, tidak ada bukti kredibel yang menunjukkan bahwa para pemberontak Suriah telah menggunakan senjata kimia,” lanjut Rhodes.
(esn)