Para Capres Iran jalani debat terakhir
A
A
A
Sindonews.com - Para Calon Presiden (Capres) Iran menjalani debat sesi terakhir yang disiarkan stasiun televisi Iran pada Jumat (7/6/2013). Debat terakhir itu menantang para Capres untuk bersikap soal kebijakan luar negeri Iran, jika terpilih jadi presiden nanti.
Capres dari kubu garis keras, Saeed Jalili, mengatakan bahwa dalam hubungan internasional, kepentingan negara akan mengatur semua kebijakan luar negeri Republik Islam itu. ”Jika kepentingan kita bertentangan dengan (tuntutan) dari beberapa negara, kita harus membela hak-hak kita dari resistensi,” kata Jalili, dikutip Xinhua, Sabtu (8/6/2013).
Pendapat Jalili itu terkait perunding nuklir utama Iran, yang menyinggung konflik antara Iran dan beberapa negara Barat atas masalah nuklir Iran. ”Salah satu diskusi kami adalah bahwa kami tidak menerima kekuatan hegemoni di dunia dan berada dalam tantangan dengan hal itu,” lanjut Jalili.
”Kami berada dalam tantangan dengan sistem yang bermaksud untuk memaksa menguasai dunia."
Namun, mantan Menteri Luar Negeri Iran, Ali Akbar Velayati, mengkritik diplomasi Jalili atas masalah nuklir negara itu dalam beberapa tahun terakhir. Ali menyebut diplomasi Jalili cacat.
”Ini bukan diplomasi untuk duduk tatap muka,” kata kata Velayati. Dia berargumen bahwa Republik Islam dan kekuatan dunia bisa mencapai kesepakatan jika tim negosiasi Iran telah merespon positif usulan dari kelompok P5 +1 (lima anggota tetap Dewan Keamanan PBBplus Jerman) di babak terakhir dari pembicaraan nuklir di Almaty, Kazakhstan.
”Seni diplomasi adalah untuk melestarikan hak nuklir negara ini. Dan pada saat yang sama, kita mengurangi sanksi," katanya.
Capres dari kubu garis keras, Saeed Jalili, mengatakan bahwa dalam hubungan internasional, kepentingan negara akan mengatur semua kebijakan luar negeri Republik Islam itu. ”Jika kepentingan kita bertentangan dengan (tuntutan) dari beberapa negara, kita harus membela hak-hak kita dari resistensi,” kata Jalili, dikutip Xinhua, Sabtu (8/6/2013).
Pendapat Jalili itu terkait perunding nuklir utama Iran, yang menyinggung konflik antara Iran dan beberapa negara Barat atas masalah nuklir Iran. ”Salah satu diskusi kami adalah bahwa kami tidak menerima kekuatan hegemoni di dunia dan berada dalam tantangan dengan hal itu,” lanjut Jalili.
”Kami berada dalam tantangan dengan sistem yang bermaksud untuk memaksa menguasai dunia."
Namun, mantan Menteri Luar Negeri Iran, Ali Akbar Velayati, mengkritik diplomasi Jalili atas masalah nuklir negara itu dalam beberapa tahun terakhir. Ali menyebut diplomasi Jalili cacat.
”Ini bukan diplomasi untuk duduk tatap muka,” kata kata Velayati. Dia berargumen bahwa Republik Islam dan kekuatan dunia bisa mencapai kesepakatan jika tim negosiasi Iran telah merespon positif usulan dari kelompok P5 +1 (lima anggota tetap Dewan Keamanan PBBplus Jerman) di babak terakhir dari pembicaraan nuklir di Almaty, Kazakhstan.
”Seni diplomasi adalah untuk melestarikan hak nuklir negara ini. Dan pada saat yang sama, kita mengurangi sanksi," katanya.
(esn)