Uni Afrika akan bentuk Brigade Siaga Afrika
A
A
A
Sindonews.com – Uni Afrika (UA) menyatakan, mereka akan menyiapkan kekuatan militer darurat untuk bisa secara cepat memadamkan konflik yang terjadi di benua itu. Rencana ini muncul di tengah rasa frustasi, bahwa pasukan penjaga perdamaian yang direncanakan masih belum beroperasi setelah satu dekade.
"Hampir semua negara telah sepakat, bahwa kita harus memiliki kemampuan respon yang cepat di Afrika," kata Ketua UA yang juga Presiden Ethiopia, Hailemariam Desalegn pada wartawan di penutupan pertemuan puncak UA, Senin (27/5/2013).
Menurutnya, UA akan membentuk "Brigade Siaga Afrika" untuk campur tangan dalam krisis yang bisa muncul secara tiba-tiba di negara anggota UA. Diusulkan, Brigade Siaga Afrika akan berkekuatan 32.500 tentara dan warga sipil yang diambil dari lima wilayah di benua itu.
"Ini dimaksudkan sebagai langkah sementara, sambil menunggu operasionalisasi penuh kekuatan Siaga Afrika," kata Komisaris Keamanan AU, Ramtane Lamamra pada wartawan di kantor pusat blok pan-Afrika blok, di ibukota Ethiopia.
"Sementara itu, terus terjadi krisis, perubahan tidak konstitusional pemerintah, dan pelanggaran besar-besaran hak asasi manusia yang mungkin terjadi di sana-sini. Jadi, dari sudut pandang yang bertanggung jawab, kita katakan kita tidak bisa menunggu sampai kita mendapatkan alat yang sempurna untuk digunakan," lanjutnya, seperti dikutip dari globalpost.
“Afrika Selatan, Uganda, dan Ethiopia telah menjanjikan personel untuk bergabung dengan pasukan interim yang diusulkan,” kata Lamamra. Pendanaan dan kontribusi pasukan akan datang dari negara-negara anggota atas dasar sukarela.
Sebelumnya, AU dikritik karena tidak menanggapi dengan cukup cepat krisis di Mali, setelah tentara merebut kekuasaan dalam kudeta pada bulan Maret 2012. Kondisi ini membuka jalan bagi gerilyawan untuk mengambil alih wilayah utara negara itu.
"Hampir semua negara telah sepakat, bahwa kita harus memiliki kemampuan respon yang cepat di Afrika," kata Ketua UA yang juga Presiden Ethiopia, Hailemariam Desalegn pada wartawan di penutupan pertemuan puncak UA, Senin (27/5/2013).
Menurutnya, UA akan membentuk "Brigade Siaga Afrika" untuk campur tangan dalam krisis yang bisa muncul secara tiba-tiba di negara anggota UA. Diusulkan, Brigade Siaga Afrika akan berkekuatan 32.500 tentara dan warga sipil yang diambil dari lima wilayah di benua itu.
"Ini dimaksudkan sebagai langkah sementara, sambil menunggu operasionalisasi penuh kekuatan Siaga Afrika," kata Komisaris Keamanan AU, Ramtane Lamamra pada wartawan di kantor pusat blok pan-Afrika blok, di ibukota Ethiopia.
"Sementara itu, terus terjadi krisis, perubahan tidak konstitusional pemerintah, dan pelanggaran besar-besaran hak asasi manusia yang mungkin terjadi di sana-sini. Jadi, dari sudut pandang yang bertanggung jawab, kita katakan kita tidak bisa menunggu sampai kita mendapatkan alat yang sempurna untuk digunakan," lanjutnya, seperti dikutip dari globalpost.
“Afrika Selatan, Uganda, dan Ethiopia telah menjanjikan personel untuk bergabung dengan pasukan interim yang diusulkan,” kata Lamamra. Pendanaan dan kontribusi pasukan akan datang dari negara-negara anggota atas dasar sukarela.
Sebelumnya, AU dikritik karena tidak menanggapi dengan cukup cepat krisis di Mali, setelah tentara merebut kekuasaan dalam kudeta pada bulan Maret 2012. Kondisi ini membuka jalan bagi gerilyawan untuk mengambil alih wilayah utara negara itu.
(esn)