Sudah 130 tahanan Guantanamo lancarkan aksi mogok makan
A
A
A
Sindonews.com - Jumlah tahanan yang menggelar aksi mogok makan sebagai bentuk protes terhadap pengelola penjara Amerika Serikat (AS) di Teluk Guantanamo, Kuba, terus meningkat.
Shaker Aamer, salah satu tahanan yang paling terkenal di Guantanamo mengatakan, jumlah tahanan yang melancarkan aksi mogok makan kini bertambah 106 orang, menjadi 130 orang.
"Petugas sipir penjara telah mencoba menghentikan aksi mogok makan kami, tapi tidak berhasil," ungkap Aamer.
Aamer, yang telah ditahan selama lebih dari 10 tahun di Guantanamo tanpa tuduhan, mengaku telah kehilangan 14,50 kg berat badan setelah melancarkan aksi mogok makan sejak 6 Februari lalu.
Sejumlah laporan mengatakan, aksi mogok makan yang digelar para tahanan ini telah membuat mereka kekurangan berat bedan secara drastis. Akibatnya, pengelola penjara memberikan infus pada para tahanan dan bahkan dipaksa makan lewat hidung.
Pekan lalu, sekelompok pengacara federal di Washington menyatakan kondisi darurat. Sebab, pengelola penjara telah menolak menyediakan air minum dan juga membiarkan suhu dalam tahanan menjadi sangat dingin.
Hal ini memperparah kondisi fisik para tahahan dan dapat mempengaruhi kondisi ginjal, kantung kemih, serta perut para tahahanan.
Farah Omah dari Pusat Hak Konstitusional (CCR) mengatakan, sikap pengelola Penjara Guantanamo yang tidak bertanggung jawab dan menyepelekn tingkat keparahan dari aksi mogok makan ini hanya akan membahayakan kondisi kesehatan para tahanan.
Aksi mogok makan dimulai sekitar tujuh pekan lalu. Perwira militer, pengamat Hak Asasi Manusia, dan pengacara yang mewakili para tahanan mengatakan, aksi mogok makan ini mencerminkan frustrasi pada kegagalan untuk menyelesaikan nasib mereka.
Sebagian besar tahanan telah berada di Guantanamo selama 11 tahun tanpa tuduhan jelas dan lebih dari setengahnya telah dibebaskan. Mogok makan telah berkobar di kamp penjara itu sejak dibuka pada Januari 2002. Guantanamo dibuka untuk menahan para tersangka terorisme, sejak terjadinya serangan teroris 11 September 2001 di AS.
Shaker Aamer, salah satu tahanan yang paling terkenal di Guantanamo mengatakan, jumlah tahanan yang melancarkan aksi mogok makan kini bertambah 106 orang, menjadi 130 orang.
"Petugas sipir penjara telah mencoba menghentikan aksi mogok makan kami, tapi tidak berhasil," ungkap Aamer.
Aamer, yang telah ditahan selama lebih dari 10 tahun di Guantanamo tanpa tuduhan, mengaku telah kehilangan 14,50 kg berat badan setelah melancarkan aksi mogok makan sejak 6 Februari lalu.
Sejumlah laporan mengatakan, aksi mogok makan yang digelar para tahanan ini telah membuat mereka kekurangan berat bedan secara drastis. Akibatnya, pengelola penjara memberikan infus pada para tahanan dan bahkan dipaksa makan lewat hidung.
Pekan lalu, sekelompok pengacara federal di Washington menyatakan kondisi darurat. Sebab, pengelola penjara telah menolak menyediakan air minum dan juga membiarkan suhu dalam tahanan menjadi sangat dingin.
Hal ini memperparah kondisi fisik para tahahan dan dapat mempengaruhi kondisi ginjal, kantung kemih, serta perut para tahahanan.
Farah Omah dari Pusat Hak Konstitusional (CCR) mengatakan, sikap pengelola Penjara Guantanamo yang tidak bertanggung jawab dan menyepelekn tingkat keparahan dari aksi mogok makan ini hanya akan membahayakan kondisi kesehatan para tahanan.
Aksi mogok makan dimulai sekitar tujuh pekan lalu. Perwira militer, pengamat Hak Asasi Manusia, dan pengacara yang mewakili para tahanan mengatakan, aksi mogok makan ini mencerminkan frustrasi pada kegagalan untuk menyelesaikan nasib mereka.
Sebagian besar tahanan telah berada di Guantanamo selama 11 tahun tanpa tuduhan jelas dan lebih dari setengahnya telah dibebaskan. Mogok makan telah berkobar di kamp penjara itu sejak dibuka pada Januari 2002. Guantanamo dibuka untuk menahan para tersangka terorisme, sejak terjadinya serangan teroris 11 September 2001 di AS.
(esn)