Kompetisi negara Asia kian memanas

Minggu, 03 Februari 2013 - 19:49 WIB
Kompetisi negara Asia...
Kompetisi negara Asia kian memanas
A A A
Sindonews.com - Keberhasilan peluncuran roket pengangkut satelit Korea Selatan (Korsel) awal pekan ini tampaknya menjadi penanda bahwa persaingan eksplorasi antariksa telah terjadi di kawasan Asia, terutama Asia Utara.

Korsel berhasil menjadi negara ke-19 yang meluncurkan roket buatan sendiri menembus atmosfer.Meski kalah langkah dari tetangganya, Korea Utara (Korut) yang sudah terlebih dahulu sukses meluncurkan roket Unha-3 pada Desember lalu, Seoul tetap bangga karena mampu menjadi salah satu penggebrak teknologi ini.

Fenomena keberhasilan dua negara Korea dalam meluncurkan roket buatan dalam negeri ke antariksa menorehkan catatan bagi klub eksplorasi antariksa global yang hingga kini masih terkesan elite.Selama ini,anggota klub ini adalah negara-negara kaya yang mampu membuat satelit.

Tapi,di balik itu, satelit dan roket antariksa adalah sesuatu yang dibuat bukan karena faktor ekonomi tapi juga ambisi politik yang dikendalikan emosi dan nasionalisme.

Roket buatan sendiri yang sukses meluncur ke antariksa dan satelit yang berhasil dipasang di orbit tentu menjadi kebanggaan nasional negara yang mengirimnya. Di Asia, ini juga menunjukkan perkembangan pesat teknologi dan kekuatan militer serta sebagai pengingat negara-negara kawasan itu bahwa mereka tidak akan mundur selangkah pun dari konflik yang masih menerjang.

Di antara negara-negara Asia yang terlibat persaingan,China adalah salah satu yang memperlihatkan kemajuan pesatnya. Negeri Tirai Bambu ini telah sukses menerbangkan pesawat antariksa berawak dan tidak berawak serta memasang sebuah modul laboratorium apung di luar angkasa sana. Bidang antariksa tampaknya bakal menjadi salah satu prioritas bagi China di masa depan.

Apalagi prestasi yang ditorehkan Korsel dalam peluncuran roket mereka pekan ini pun bisa menjadi pelecut Beijing untuk kian giat dalam mengembangkan program antariksa mereka. Roket Naro milik Korsel yang memiliki jarak tempuh 800 km itu, jika menggunakan pendorong rudal balistik, akan mampu mencapai sebagian besar wilayah Asia Timur. Dan, dengan Seoul yang menjadi sekutu kuat Amerika Serikat (AS) di Asia, pesaingnya di kawasan akan lebih waspada.

“Kekhawatiran utama China adalah Korsel bakal dijadikan salah satu strategi pertahanan pertama (AS),” ujar Cheong Wooksik, Direktur Jaringan Perdamaian Korsel di Seoul, kepada CNN. “Perpanjangan jarak tempuh rudal balistik Korsel akan digunakan untuk memeriksa atau menahan kebangkitan China.

”Rudal balistik Korsel itu sekarang bisa menghantam sebagian kawasan kota-kota laut timur China termasuk Shanghai, Tianjin, dan Qingdao serta Beijing. “China meningkatkannya dan ingin menunjukkan bahwa mereka bisa melakukan apa yang tidak bisa dilakukan negara lain,” ujar Wei Liang, dosen kebijakan perdagangan dan pembangunan internasional di Monterey Institute of International Studies kepada Los Angeles Times.

Sejauh ini negara-negara di Asia menekankan teknologi antariksa mereka akan digunakan untuk kebutuhan sipil. Tapi, Liang mencatat, program ini sering memiliki fungsi ganda, yang artinya bisa membuat negara itu meningkatkan kemampuan persenjataan nuklir dan menempatkan orang serta sistem pengintaian di angkasa.
(esn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7923 seconds (0.1#10.140)