Hillary bela diri mati-matian di Senat

Jum'at, 25 Januari 2013 - 19:59 WIB
Hillary bela diri mati-matian...
Hillary bela diri mati-matian di Senat
A A A
Sindonews.com - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Hillary Clinton menjadi sangat emosional hingga menitikkan air mata saat membantah tuduhan dari kubu Partai Republik mengenai tragedi penyerangan konsulat AS di Benghazi, Libya.

Dengar pendapat di Senat pada Rabu (23/1) waktu setempat itu juga menjadi penampilan terakhir Hillary sebelum melepas jabatannya. Hillary tampak sangat emosional ketika anggota Senat Ron Johnson yang menanyakan kebijakannya, menghubungkan serangan itu dengan demonstrasi film yang dinilai memojokkan Islam.

“Dengan penuh penghormatan, faktanya ada empat warga Amerika yang tewas. Apakah itu karena demonstrasi atau pria yang berjalan pada malam hari atau siapa yang ingin membunuh warga AS,” ujar Hillary dikutip AFP.

“Apa beda informasi itu?” Hillary mengungkapkan tugas pemerintahannya untuk menggambarkan apa yang terjadi dan melakukan apa pun untuk mencegah hal itu terjadi lagi.

Pertanyaan memojokkan juga datang dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari kubu Republikan, Jeff Duncan, yang menanyakan alasan Hillary membiarkan konsulat menjadi jebakan kematian.

Hillary mengungkapkan, bahwa dia memberikan penjelasan yang terbuka dan transparan. Serangan demi serangan dari kubu Republikan itu cukup membuat Hillary gerah. Apalagi, kesaksian penuh emosi itu berlangsung selama lima jam.

Senator Republikan Bob Corker mengatakan bahwa serangan Benghazi dan respons AS menunjukkan ketidaksiapan yang memprihatinkan dalam menghadapi kejadian itu.

Bahkan,Senator Rand Paul beranggapan Hillary seharusnya dipecat.“Ketika saya menjadi presiden saat itu, saya tahu Anda tidak membaca surat kabel dari Benghazi, Anda tidak membaca kabel dari Duta Besar Christopher Stevens,” kata Paul.

Tidak kalah panas, Senator John McCain mengungkapkan selama empat bulan lamanya rakyat AS tidak mengetahui informasi dasar mengenai tragedi itu. Hillary membela diri dengan menjelaskan tidak ada upaya menutup-nutupi serangan di Benghazi.

“Saya ingin mengatakan bahwa orang menuduh duta besar (AS untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa) Susan Rice dan pemerintah menyesatkan warga Amerika. Saya katakan, dengan berupaya berada di tengah hal ini dan memahami hal yang terjadi, tidak ada yang lebih jauh lagi dari kebenaran,” ujar dia.

Dalam perdebatan serius itu, Hillary mengaku bertanggung jawab dalam serangan atas Konsulat AS pada 11 September 2012,yang menewaskan Duta Besar AS John Christopher Stevens bersama tiga staf lainnya.
(esn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.2187 seconds (0.1#10.140)