Korsel segera pasang rudal di sepanjang perbatasan laut
A
A
A
Sindonews.com - Korea Selatan (Korsel) berencana mengerahkan 50–60 rudal kendali presisi buatan Israel di perbatasan laut dengan Korea Utara (Korut) bulan depan.
Pejabat militer menyatakan bahwa Korsel akan mengerahkan 50–60 rudal anti-tank Spike di dua pulau perbatasan di Laut Kuning untuk menghadapi potensi serangan Korut. Kedua pulau perbatasan itu ialah Baengnyeong dan Yeonpyeong.
Baengnyeong merupakan pulau terdekat dengan perbatasan maritim yang masih menjadi sengketa antara Korut dan Korsel. Adapun Yeonpyeong merupakan pulau yang pada November 2010 ditembaki Korut hingga menewaskan empat warga Korsel tewas, termasuk dua warga sipil.
”Pekerjaan untuk menyelesaikan sejumlah masalah teknis yang ditemukan pada sesi terakhir tes penembakan telah selesai. Tidak ada masalah dalam pengerahan rudal-rudal itu pada akhir bulan depan,” ungkap pejabat militer yang dikutip harian Chosun Ilbo, kemarin.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Korsel belum memberikan konfirmasi resmi tentang laporan tersebut. Penembakan Yeonpyeong merupakan serangan pertama Korut terhadap warga sipil Korsel sejak Perang Korea 1950–1953.
Penembakan itu sempat memicu kekhawatiran terjadinya konflik lebih besar di Semenanjung Korea. Sejak serangan di Yeonpyeong, militer Korsel memperkuat pasukan dan persenjataannya di lima pulau perbatasan di pantai barat.
Wilayah maritim itu merupakan lokasi pertempuran angkatan laut kedua negara pada 1999,2002,dan 2009. Otoritas militer Korsel mencapai kesepakatan membeli rudal Spike yang dikembangkan Sistem Pertahanan Canggih Rafael, Israel, pada 2011. Rudal itu menggunakan teknologi global positioning system (GPS) dengan jangkauan 25 kilometer.
Rudal itu mampu menembak artileri Korut yang disembunyikan di gua-gua pegunungan. Sementara itu, Utusan Nuklir Jepang Shinsuke Sugiyama mendesak Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) untuk bertindak sesegera mungkin menghukum Korut yang meluncurkan roket jarak jauh pada Desember silam.
Pejabat militer menyatakan bahwa Korsel akan mengerahkan 50–60 rudal anti-tank Spike di dua pulau perbatasan di Laut Kuning untuk menghadapi potensi serangan Korut. Kedua pulau perbatasan itu ialah Baengnyeong dan Yeonpyeong.
Baengnyeong merupakan pulau terdekat dengan perbatasan maritim yang masih menjadi sengketa antara Korut dan Korsel. Adapun Yeonpyeong merupakan pulau yang pada November 2010 ditembaki Korut hingga menewaskan empat warga Korsel tewas, termasuk dua warga sipil.
”Pekerjaan untuk menyelesaikan sejumlah masalah teknis yang ditemukan pada sesi terakhir tes penembakan telah selesai. Tidak ada masalah dalam pengerahan rudal-rudal itu pada akhir bulan depan,” ungkap pejabat militer yang dikutip harian Chosun Ilbo, kemarin.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Korsel belum memberikan konfirmasi resmi tentang laporan tersebut. Penembakan Yeonpyeong merupakan serangan pertama Korut terhadap warga sipil Korsel sejak Perang Korea 1950–1953.
Penembakan itu sempat memicu kekhawatiran terjadinya konflik lebih besar di Semenanjung Korea. Sejak serangan di Yeonpyeong, militer Korsel memperkuat pasukan dan persenjataannya di lima pulau perbatasan di pantai barat.
Wilayah maritim itu merupakan lokasi pertempuran angkatan laut kedua negara pada 1999,2002,dan 2009. Otoritas militer Korsel mencapai kesepakatan membeli rudal Spike yang dikembangkan Sistem Pertahanan Canggih Rafael, Israel, pada 2011. Rudal itu menggunakan teknologi global positioning system (GPS) dengan jangkauan 25 kilometer.
Rudal itu mampu menembak artileri Korut yang disembunyikan di gua-gua pegunungan. Sementara itu, Utusan Nuklir Jepang Shinsuke Sugiyama mendesak Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) untuk bertindak sesegera mungkin menghukum Korut yang meluncurkan roket jarak jauh pada Desember silam.
(esn)