7 TKI masih terjebak di Suriah
A
A
A
Sindonews.com - Di tengah perang sipil dan konflik di Suriah, Migrant Care mencatat ada tujuh Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang masih terjebak di Suriah.
Direktur Eksekutif Migrant Care Anis Hidayah mengatakan, tujuh TKI tersebut ialah Susilawati berasal dari Desa Pabean Udik, Indramayu, Jawa Barat. Diketahui bekerja di Street Al Martini Blok 3 C. Namun diduga kuat menjadi korban perdagangan manusia.
Korban sudah menghubungi keluarga sejak 2011 untuk meminta dipulangkan karena gaji diambil majikan dan pekerjaanya dipindah. Namun setelah itu tidak ada kontak lagi dengan keluarga.
TKI kedua ialah Masturah Binti Sarwita asal Indramayu, Jawa Barat. Masturah tidak terdata, namun ada alamat yang dapat dilacak yakni 01016963932004590 dengan nama majikan Hordan. Masturah masih di Suriah karena tidak diperbolehkan pulang oleh majikannya padahal tidak digaji. Laporan terakhir pada 24 Mei lalu, Masturoh ada di penampungan KBRI Saparah dan dapat dipulangkan kalau pihak keluarga mengirimkan surat penyataan tidak menuntut.
Selanjutnya, Siti Rodiyah Binti Daim asal Dusun Kedungrejo Rt 003 Rw 002 Desa kedungwungu, Jawa Timur. Bekerja di Suriah Halab Alhamdania Masruk 300 Sakoh Binaya No. 48 Tabek 3 Fatmadimah. Dengan majikan bernama Abdullah Amargarboo dan Wafakdimah. Rodiah sebetulnya sudah ingin pulang sejak lama karena kontrak kerja sudah habis namun dipersulit oleh majikannya sendiri.
Selain itu ada Sunarti Binti Sayar asal Dusun Dadap Rt 02 RW 02, Jawa Barat. “Berangkat sejak tahun 2008, awalnya akan ditempatkan ke Jordania. Habis kontrak tapi tidak dipulangkan. Terakhir Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) sudah dua kali ke rumah majikannya. Sunarti dapat dipulangkan kalau ada penggantinya,” kata Anis menjelaskan kepada wartawan, Jumat (8/6/2012).
Migrant Care mencatat, Susanti Binti Kalirih asal Dusun Dadap Rt 02 RW 02, Indramayu Jawa Barat juga masih berdomisili di Suriah. Selama bekerja tiga tahun di Suriah, dia tidak menerima gaji sama sekali. Beberapa kali berpindah majikan tanpa ada perjanjian yang baru.
Sementara Sri Minarsih Binti Rasidi Kromo Dipo berasal dari Perum Griya Marselina Rt 02 RW 01 Desa Sukagalih, Bogor Jawa Barat. Dia hilang kontak sejak Maret 2009. Selanjutnya Fatikah Binti Tarjono asal Junti Kebon Rt 03 Rw 04 Blok Krasak, Indramayu Jawa Barat diketahui telah meninggal dunia di tempat kerja pada 6 November 2010.
Anis menyatakan, data ini didapat setelah pihaknya meluncurkan posko pengaduan bagi keluarga buruh migran di Suriah pada tanggal 7 Juni 2012. Menurut informasi dari salah satu keluarga yang mengadu, kemarin sekitar pukul 13.00 WIB, mereka mengadu ke Halo TKI Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI).
Tetapi staf BNP2TKI justru meminta keluarga untuk menelpon langsung ke KBRI di Suriah. Pihaknya pun mendesak Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) agar segera menidaklanjuti laporan ini dengan melakukan langkah-langkah nyata untuk evakuasi buruh migran Indonesia dari Suriah.
“Sampai hari ini Filipina telah mengevakuasi sekitar 1.300 buruh migran Filipina yang ada di Suriah untuk dipulangkan ke Filipina,” terangnya.
Juru Bicara Satuan Petugas (Satgas TKI) Humprey mengaku tidak dapat memberikan keterangan karena masih di Singapura. Dia menjanjikan akan memberikan penjelasan pada Senin depan 11 Juni.
Kepala BNP2TKI Moh Jumhur Hidayat menjelaskan, TKI yang masih berlindung di penampungan dan mendaftar ingin dipulangkan ada 103 orang. Total TKI di Suriah sendiri mencapai 12.600 TKI namun yang tercatat bekerja di daerah konflik ada 1.000 TKI.
Jumhur menambahkan, hingga saat ini sudah ada 233 orang yang berhasil dipulangkan ke tanah air melalui Sembilan gelombang. Dalam waktu dekat aka nada gelombang ke sepuluh untuk pemulangan 30 orang namun masih menunggu persiapan dokumen dan jadwal penerbangan. Pemerintah sudah membentuk satgas gabungan dari Kemenlu, KBRI dan BNP2TKI untuk pemulangan mereka. Namun tidak semua TKI di Suriah ingin dipulangkan karena merasa daerah mereka bekerja aman dan jauh dari daerah konflik.
“Jangan bilang pemerintah tidak bekerja. Kami sudah siapkan emergency plan dan jalur udara dan darat. Jalru darat biasanya lewat Jordania dulu namun kami masih menggunakan pesawat karena masih aman untuk dilalui. Satgas sudah disebar di beberapa titik untuk mendata siapa yang mau pulang dan berapa total TKI terkini di sana,” ungkapnya.(azh)
Direktur Eksekutif Migrant Care Anis Hidayah mengatakan, tujuh TKI tersebut ialah Susilawati berasal dari Desa Pabean Udik, Indramayu, Jawa Barat. Diketahui bekerja di Street Al Martini Blok 3 C. Namun diduga kuat menjadi korban perdagangan manusia.
Korban sudah menghubungi keluarga sejak 2011 untuk meminta dipulangkan karena gaji diambil majikan dan pekerjaanya dipindah. Namun setelah itu tidak ada kontak lagi dengan keluarga.
TKI kedua ialah Masturah Binti Sarwita asal Indramayu, Jawa Barat. Masturah tidak terdata, namun ada alamat yang dapat dilacak yakni 01016963932004590 dengan nama majikan Hordan. Masturah masih di Suriah karena tidak diperbolehkan pulang oleh majikannya padahal tidak digaji. Laporan terakhir pada 24 Mei lalu, Masturoh ada di penampungan KBRI Saparah dan dapat dipulangkan kalau pihak keluarga mengirimkan surat penyataan tidak menuntut.
Selanjutnya, Siti Rodiyah Binti Daim asal Dusun Kedungrejo Rt 003 Rw 002 Desa kedungwungu, Jawa Timur. Bekerja di Suriah Halab Alhamdania Masruk 300 Sakoh Binaya No. 48 Tabek 3 Fatmadimah. Dengan majikan bernama Abdullah Amargarboo dan Wafakdimah. Rodiah sebetulnya sudah ingin pulang sejak lama karena kontrak kerja sudah habis namun dipersulit oleh majikannya sendiri.
Selain itu ada Sunarti Binti Sayar asal Dusun Dadap Rt 02 RW 02, Jawa Barat. “Berangkat sejak tahun 2008, awalnya akan ditempatkan ke Jordania. Habis kontrak tapi tidak dipulangkan. Terakhir Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) sudah dua kali ke rumah majikannya. Sunarti dapat dipulangkan kalau ada penggantinya,” kata Anis menjelaskan kepada wartawan, Jumat (8/6/2012).
Migrant Care mencatat, Susanti Binti Kalirih asal Dusun Dadap Rt 02 RW 02, Indramayu Jawa Barat juga masih berdomisili di Suriah. Selama bekerja tiga tahun di Suriah, dia tidak menerima gaji sama sekali. Beberapa kali berpindah majikan tanpa ada perjanjian yang baru.
Sementara Sri Minarsih Binti Rasidi Kromo Dipo berasal dari Perum Griya Marselina Rt 02 RW 01 Desa Sukagalih, Bogor Jawa Barat. Dia hilang kontak sejak Maret 2009. Selanjutnya Fatikah Binti Tarjono asal Junti Kebon Rt 03 Rw 04 Blok Krasak, Indramayu Jawa Barat diketahui telah meninggal dunia di tempat kerja pada 6 November 2010.
Anis menyatakan, data ini didapat setelah pihaknya meluncurkan posko pengaduan bagi keluarga buruh migran di Suriah pada tanggal 7 Juni 2012. Menurut informasi dari salah satu keluarga yang mengadu, kemarin sekitar pukul 13.00 WIB, mereka mengadu ke Halo TKI Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI).
Tetapi staf BNP2TKI justru meminta keluarga untuk menelpon langsung ke KBRI di Suriah. Pihaknya pun mendesak Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) agar segera menidaklanjuti laporan ini dengan melakukan langkah-langkah nyata untuk evakuasi buruh migran Indonesia dari Suriah.
“Sampai hari ini Filipina telah mengevakuasi sekitar 1.300 buruh migran Filipina yang ada di Suriah untuk dipulangkan ke Filipina,” terangnya.
Juru Bicara Satuan Petugas (Satgas TKI) Humprey mengaku tidak dapat memberikan keterangan karena masih di Singapura. Dia menjanjikan akan memberikan penjelasan pada Senin depan 11 Juni.
Kepala BNP2TKI Moh Jumhur Hidayat menjelaskan, TKI yang masih berlindung di penampungan dan mendaftar ingin dipulangkan ada 103 orang. Total TKI di Suriah sendiri mencapai 12.600 TKI namun yang tercatat bekerja di daerah konflik ada 1.000 TKI.
Jumhur menambahkan, hingga saat ini sudah ada 233 orang yang berhasil dipulangkan ke tanah air melalui Sembilan gelombang. Dalam waktu dekat aka nada gelombang ke sepuluh untuk pemulangan 30 orang namun masih menunggu persiapan dokumen dan jadwal penerbangan. Pemerintah sudah membentuk satgas gabungan dari Kemenlu, KBRI dan BNP2TKI untuk pemulangan mereka. Namun tidak semua TKI di Suriah ingin dipulangkan karena merasa daerah mereka bekerja aman dan jauh dari daerah konflik.
“Jangan bilang pemerintah tidak bekerja. Kami sudah siapkan emergency plan dan jalur udara dan darat. Jalru darat biasanya lewat Jordania dulu namun kami masih menggunakan pesawat karena masih aman untuk dilalui. Satgas sudah disebar di beberapa titik untuk mendata siapa yang mau pulang dan berapa total TKI terkini di sana,” ungkapnya.(azh)
()