Suriah menuju perang sipil

Senin, 28 Mei 2012 - 08:28 WIB
Suriah menuju perang sipil
Suriah menuju perang sipil
A A A
Sindonews.com - Ketua Tim Pemantau Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan terjadinya perang sipil di Suriah setelah kekerasan yang menewaskan 92 orang, termasuk 32 anak-anak di pusat Kota Houla.

Ketua Misi Pemantau PBB di Suriah Mayor Jenderal Robert Mood menyebut kekerasan yang terjadi di Houla merupakan tragedi brutal.

”Pagi ini pemantau militer dan sipil PBB pergi ke Houla dan menghitung lebih dari 32 anak-anak dan lebih dari 60 orang dewasa tewas,” tuturnya, dikutip AFP.

Pemantau PBB menyatakan ada 92 orang yang tewas.Namun laporan dari kelompok Pengawas Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) menyatakan ada 114 orang tewas di Houla.

”Siapa pun yang memulai, siapa pun yang membalas,dan siapa pun yang melakukan aksi kekerasan yang menyedihkan ini harus bertanggung jawab. Mereka yang menggunakan kekerasan untuk kepentingan mereka sendiri akan menciptakan kekacauan lebih banyak, lebih tidak dapat diduga dan mungkin membawa negeri ini menuju perang sipil,” tegas Mood.

Mood mengonfirmasi bahwa artileri dan tank-tank mengepung Houla. ”Saya menyeru Pemerintah Suriah menghentikan penggunaan senjata berat.

Kami mendesak semua pihak menghentikan kekerasan dalam segala bentuknya,” tuturnya.

Video amatir yang diunggah di YouTube menunjukkan kondisi mengerikan anak-anak yang tewas. Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon bersama komunitas internasional mengecam kekerasan itu. Utusan Liga Arab dan PBB Kofi Annan juga menganggap pembantaian itu sangat brutal dan melanggar hukum internasional.

”Ini kejahatan brutal yang melibatkan penggunaan kekuatan secara berlebihan dan tidak pandang bulu.Ini merupakan pelanggaran hukum internasional,” papar juru bicara PBB mengutip pernyataan Ban dan Annan.

”Pembantaian ini akan menekankan pentingnya kunjungan Annan ke Suriah segera.” Dewan Keamanan PBB akan membahas krisis di Suriah pada Rabu (30/5).

Sejumlah negara menyerukan tindakan internasional untuk segera menghentikan pertumpahan darah di Suriah. Menteri Luar Negeri (Menlu) AmerikaSerikat(AS) Hillary Clinton menyatakan, Washington akan bekerja sama dengan aliansinya untuk meningkatkan tekanan terhadap Presiden Suriah Bashar al-Assad dan kroni-kroninya.

”Pemerintahan dengan pembunuhan dan ketakutan harus segera diakhiri,” tegasnya.

Kecaman juga muncul dari Uni Eropa (UE). Inggris, Prancis, dan Jerman akan segera menyusun pertemuan dengan kelompok Teman-Teman Suriah.

”Kami akan menyerukan sesi darurat di Dewan Keamanan PBB dalam beberapa hari mendatang,” kata Menlu Inggris William Hague.

Sementara Menlu Jerman Guido Westerwelle menyatakan terkejut dengan terjadinya pembunuhan itu. Menlu Uni Emirat Arab (UEA) Sheikh Abdullah bin Zayed al-Nahayan menyeru Liga Arab segera menggelar pertemuan. Enam negara Dewan Kerja Sama Teluk (GCC), termasuk UEA,mendesak komunitas internasional untuk memikul tanggung jawab dalam menghentikan kekerasan di Suriah.

Pemberontak Tentara Suriah Bebas (FSA) menyatakan tidak lagi mematuhi rencana damai PBB untuk Suriah hingga ada intervensi PBB untuk melindungi warga sipil. FSA mendesak dilakukannya serangan udara terhadap pasukan rezim.

”Rencana Annan sedang menuju ke neraka. Pembunuhan di Houla dan berbagai tempat lainnya terjadi di depan mata para pemantau PBB. Komunitas internasional harus mengumumkan kegagalan rencana Annan,” ungkap pernyataan FSA.

Ketua Dewan Militer FSA Jenderal Mustafa Ahmed al- Sheikh mendesak negaranegara yang tergabung dalam kelompok Teman-Teman Suriah untuk melancarkan serangan udara terhadap pasukan Presiden Assad.Sementara, oposisi Dewan Nasional Suriah (SNC) menyeru tindakan cepat Dewan Keamanan PBB.(azh)
()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3038 seconds (0.1#10.140)