Pemilihan Parlemen Suriah mendapat kecaman AS
A
A
A
Sindonews.com - Menteri Dalam Negeri Suriah Mohammad Ibrahim al-Shaar mengaku puas dengan kelancaran dan jumlah pemilih dalam pemilu parlemen yang diadakan pada Senin kemarin.
Pihak berwenang Suriah mengatakan, pemilu parlemen diikuti oleh 7.195 orang kandidat dari 12 partai politik. Ribuan kandidat tersebut bersaing memperebutkan 250 kursi di parlemen. Pemilu diselanggarakan di tengah boikot yang dilakukan oleh kelompok oposisi utama dan juga bentrok dengan pasukan militer pemerintah.
Pemilu parlemen kali ini digelar dalam sebuah konstitusi baru, guna mengakhiri monopoli kekuasaan Presiden Bashar Al-Assad dari Partai Baath. Dalam pemilu kali ini, Suriah menganut sistem multi partai. Sistem baru ini merupakan program yang ditawarkan oleh pemrintah Suriah dalam rangka mengakhiri kerusuhan yang terus berlangsung di Suriah sejak 14 bualan yang lalu.
"Proses pemilu berlangsung dengan normal. Sejauh ini tidak ada masalah yang muncul, kecuali beberapa masalah yang umum muncul dalam pemilu," ungkap Al-Shaar seperti diberitakan dalam Xinhuanet, Selasa (8/5/2012).
Pemilu ini, diawasi oleh komite peradilan yang independen dan diliputi oleh lebih dari 200 media arab dan 100 intelektual dan praktisi hukum dari beberapa negara.
Pemerintah Amerika Serikat (AS) menilai, pemilu parlemen yang diselangarakan oleh Suriah adalah sebuah hal yang menggelikan. Pemilu ini tidak kredibel, karena diselanggarakan di tengah aksi tindak kekerasan yang terus berlangsung.
Sementara itu, Sekjen PBB Ban Ki-moon mengatakan pemilu parlemen Suriah bukanlah hal yang utama bagi Suriah. Saat ini yang utama adalah menyebarkan tiga ratus tim pengamat keseluruh Suriah, guna menghentikan kekerasan yang terus berlangsung hingga saat ini. Proses pengiriman tim pengamat masih akan terus berlangsung hingga minggu depan.
Pihak berwenang Suriah mengatakan, pemilu parlemen diikuti oleh 7.195 orang kandidat dari 12 partai politik. Ribuan kandidat tersebut bersaing memperebutkan 250 kursi di parlemen. Pemilu diselanggarakan di tengah boikot yang dilakukan oleh kelompok oposisi utama dan juga bentrok dengan pasukan militer pemerintah.
Pemilu parlemen kali ini digelar dalam sebuah konstitusi baru, guna mengakhiri monopoli kekuasaan Presiden Bashar Al-Assad dari Partai Baath. Dalam pemilu kali ini, Suriah menganut sistem multi partai. Sistem baru ini merupakan program yang ditawarkan oleh pemrintah Suriah dalam rangka mengakhiri kerusuhan yang terus berlangsung di Suriah sejak 14 bualan yang lalu.
"Proses pemilu berlangsung dengan normal. Sejauh ini tidak ada masalah yang muncul, kecuali beberapa masalah yang umum muncul dalam pemilu," ungkap Al-Shaar seperti diberitakan dalam Xinhuanet, Selasa (8/5/2012).
Pemilu ini, diawasi oleh komite peradilan yang independen dan diliputi oleh lebih dari 200 media arab dan 100 intelektual dan praktisi hukum dari beberapa negara.
Pemerintah Amerika Serikat (AS) menilai, pemilu parlemen yang diselangarakan oleh Suriah adalah sebuah hal yang menggelikan. Pemilu ini tidak kredibel, karena diselanggarakan di tengah aksi tindak kekerasan yang terus berlangsung.
Sementara itu, Sekjen PBB Ban Ki-moon mengatakan pemilu parlemen Suriah bukanlah hal yang utama bagi Suriah. Saat ini yang utama adalah menyebarkan tiga ratus tim pengamat keseluruh Suriah, guna menghentikan kekerasan yang terus berlangsung hingga saat ini. Proses pengiriman tim pengamat masih akan terus berlangsung hingga minggu depan.
()