Presiden Mali: Saya bebas di Mali
A
A
A
Sindonews.com - Seminggu menghilang sejak dipaksa meninggalkan istana pada kudeta militer pekan lalu, Presiden Mali, Amadou Toumani Toure, muncul lagi. Toure muncul saat melakukan wawancara dengan radio Prancis, FRI, di Mali. "Saya bebas di negara saya," ungkap Toure seperti diberitakan dalam BBC.co.uk, Rabu (29/3/2012)
Ia menolak untuk mengonfirmasikan apakah dilindungi oleh tentara yang loyal. ’’Keselamatan saya tidak begitu penting, yang terpenting saat ini adalah demokrasi dan institusi negeri ini,’’ Toure menambahkan.
Toure digulingkan oleh kelompok militer yang tidak setia terhadap Pemerintah Mali. Kudeta ini dipimpin oleh tentara yang tidak puas dengan cara Toure dalam menangani kelompok pemberontakan Tuareg di utara Mali.
Beberapa saat setelah mengudeta Toure, seorang letnan dari kelompok militer memublikasikan sebuah konsitusi baru di TV Mali. Konstitusi itu bertujuan untuk memulihkan aturan baru di Mali.
Mereka juga mengatakan akan segera mengadakan pemilihan umum di mana sebelumnya mereka dilarang untuk ikut serta.
Pemimpin kudeta Kapten Amadou Sanogo mengatakan bahwa ia akan menjadi kepala negara dan akan mengendalikan pemerintahan selama masa transisi. Salah satu dari 69 butir konstitusi yang dideklarasikan oleh Sanogo berbunyi bahwa kekuasaan negara di bawah kudeta akan dipimpin sebuah anggota komisi transisi yang terdiri dari 26 militer dan 15 orang dari pihak sipil. Mereka Semua memiliki kekebalan hukum atas segala tuntutan.
Beberapa poin yang tertulis dalam dokumen tersebut memiliki arti tidak jauh berbeda dengan konstitusi yang sudah ada. Seperti jaminan kebebasan untuk berbicara, mengungkapkan pendapat dan berekspresi.
Ribuan orang orang berkumpul di ibu kota Mali di Bamako untuk mendukung pemerintah di bawah kekuasaan pemimpin kudeta. Mereka juga memprotes campur tangan asing yang berupaya mengembalikan konstitusi Mali.
"Para pempimpin militer ini harus tinggal untuk menyelesaikan korupsi, pemberontakan di utara dan pendidikan di Mali. Hal itu lebih penting daripada pemilihan umum,"ungkap salah seorang pengunjuk rasa, Khalifa Sogo.
"Kami pemuda Mali dapat melanjutkan hidup dan masa depan kami tanpa bantuan masyarakat internasional. Selama ini kami hidup dengan mata tertutup, jangan mencegah saat kami membuka mata," protes demonstran.
Ia menolak untuk mengonfirmasikan apakah dilindungi oleh tentara yang loyal. ’’Keselamatan saya tidak begitu penting, yang terpenting saat ini adalah demokrasi dan institusi negeri ini,’’ Toure menambahkan.
Toure digulingkan oleh kelompok militer yang tidak setia terhadap Pemerintah Mali. Kudeta ini dipimpin oleh tentara yang tidak puas dengan cara Toure dalam menangani kelompok pemberontakan Tuareg di utara Mali.
Beberapa saat setelah mengudeta Toure, seorang letnan dari kelompok militer memublikasikan sebuah konsitusi baru di TV Mali. Konstitusi itu bertujuan untuk memulihkan aturan baru di Mali.
Mereka juga mengatakan akan segera mengadakan pemilihan umum di mana sebelumnya mereka dilarang untuk ikut serta.
Pemimpin kudeta Kapten Amadou Sanogo mengatakan bahwa ia akan menjadi kepala negara dan akan mengendalikan pemerintahan selama masa transisi. Salah satu dari 69 butir konstitusi yang dideklarasikan oleh Sanogo berbunyi bahwa kekuasaan negara di bawah kudeta akan dipimpin sebuah anggota komisi transisi yang terdiri dari 26 militer dan 15 orang dari pihak sipil. Mereka Semua memiliki kekebalan hukum atas segala tuntutan.
Beberapa poin yang tertulis dalam dokumen tersebut memiliki arti tidak jauh berbeda dengan konstitusi yang sudah ada. Seperti jaminan kebebasan untuk berbicara, mengungkapkan pendapat dan berekspresi.
Ribuan orang orang berkumpul di ibu kota Mali di Bamako untuk mendukung pemerintah di bawah kekuasaan pemimpin kudeta. Mereka juga memprotes campur tangan asing yang berupaya mengembalikan konstitusi Mali.
"Para pempimpin militer ini harus tinggal untuk menyelesaikan korupsi, pemberontakan di utara dan pendidikan di Mali. Hal itu lebih penting daripada pemilihan umum,"ungkap salah seorang pengunjuk rasa, Khalifa Sogo.
"Kami pemuda Mali dapat melanjutkan hidup dan masa depan kami tanpa bantuan masyarakat internasional. Selama ini kami hidup dengan mata tertutup, jangan mencegah saat kami membuka mata," protes demonstran.
()