Aksi kekerasan di Maladewa meluas
A
A
A
Sindonews.com - Aksi kekerasan meluas dan meningkat di berbagai wilayah di Maladewa. Polisi menembakan gas air mata pada pengunjuk rasa untuk memaksa para pengunjuk rasa keluar dari alun-alun Ibu kota Male.
Para pengunjuk rasa yang mendukung Mantan Presiden Mohamed Nasheed terluka selama aksi bentrok dengan polisi. Aksi unjuk rasa ini juga terjadi di empat wilayah lain yang berbeda, kantor polisi dan gedung-gedung pemerintahan menjadi objek pelampiasan para demonstran.
Kepala inspektur Abdul Mannan Yoosuf mengatakan secara geografis kekerasan tersebut terjadi secara meluas dan lebih serius di beberapa wilayah-wilayah kecil di luar Male.
Dia mengatakan, saat ini polisi telah berencana untuk melakukan operasi gabungan dengan pihak militer untuk mengatasi situasi ini.
"Tapi bagaimana dan kapan itu akan dilakukan akan diputuskan kemudian," ungkap Abdul seperti dikutip dalam ABCnews, Kamis (9/2/2012).
Para demonstran marah atas kudeta terhadap pemerintah. Mantan Presiden Mohamed Nasheed hari Selasa kemarin dipaksa keluar dengan mengunakan todongan senjata oleh perwira polisi dan militer yang memberontak, serta mengancam akan memicu kerusuhan kalau ia tak meletakkan jabatan presiden.
Sebelumnya pada 16 Januari 2012, Nasheed telah memerintahkan kepada militer untuk menangkap kepala pengadilan militer dan mengatakan kepala pengadilan militer telah menghalangi proses penyidikan korupsi jutaan dolar dan pelanggaran hak asai manusia yang dilakukan oleh mantan Presiden Maumoon Abdul Gayoom.
Aksi ini berujung pada protes pihak militer, dan berujung pada kudeta yang terjadi pada hari Selasa 7 Januari 2012.
"Benar, saya dipaksa mengundurkan diri sambil ditodong dengan pistol," ungkap Nasheed kepada wartawan saat menghadiri pertemuan dengan Partai Demokrat Maladewa.
"Saya dikelilingi senjata dan mereka mengatakan kepada saya jika mereka tidak ragu untuk menembak jika saya menolak," tandas Nasheed dalam penampilan publik pertama sejak digulingkan.(azh)
Para pengunjuk rasa yang mendukung Mantan Presiden Mohamed Nasheed terluka selama aksi bentrok dengan polisi. Aksi unjuk rasa ini juga terjadi di empat wilayah lain yang berbeda, kantor polisi dan gedung-gedung pemerintahan menjadi objek pelampiasan para demonstran.
Kepala inspektur Abdul Mannan Yoosuf mengatakan secara geografis kekerasan tersebut terjadi secara meluas dan lebih serius di beberapa wilayah-wilayah kecil di luar Male.
Dia mengatakan, saat ini polisi telah berencana untuk melakukan operasi gabungan dengan pihak militer untuk mengatasi situasi ini.
"Tapi bagaimana dan kapan itu akan dilakukan akan diputuskan kemudian," ungkap Abdul seperti dikutip dalam ABCnews, Kamis (9/2/2012).
Para demonstran marah atas kudeta terhadap pemerintah. Mantan Presiden Mohamed Nasheed hari Selasa kemarin dipaksa keluar dengan mengunakan todongan senjata oleh perwira polisi dan militer yang memberontak, serta mengancam akan memicu kerusuhan kalau ia tak meletakkan jabatan presiden.
Sebelumnya pada 16 Januari 2012, Nasheed telah memerintahkan kepada militer untuk menangkap kepala pengadilan militer dan mengatakan kepala pengadilan militer telah menghalangi proses penyidikan korupsi jutaan dolar dan pelanggaran hak asai manusia yang dilakukan oleh mantan Presiden Maumoon Abdul Gayoom.
Aksi ini berujung pada protes pihak militer, dan berujung pada kudeta yang terjadi pada hari Selasa 7 Januari 2012.
"Benar, saya dipaksa mengundurkan diri sambil ditodong dengan pistol," ungkap Nasheed kepada wartawan saat menghadiri pertemuan dengan Partai Demokrat Maladewa.
"Saya dikelilingi senjata dan mereka mengatakan kepada saya jika mereka tidak ragu untuk menembak jika saya menolak," tandas Nasheed dalam penampilan publik pertama sejak digulingkan.(azh)
()