AS minta Presiden Suriah lengser
A
A
A
Sindonews.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama mengutuk aksi kekerasan yang terjadi di Suriah sebagai sebuah kejahatan yang tidak dapat diterima. Obama bersumpah untuk meningkatkan tekanan kepada Presiden Suriah Bashar al Assad untuk turun dari jabatannya.
Saat bertemu dengan Raja Jordania King Abdullah II di Jordania, Selasa 17 Januari 2012, Presiden Barak Obama menuturkan perasaannya atas masalah yang terjadi di Suriah.
"Sangat disayangkan jika kita harus terus menyaksikan sebuah aksi kejahatan yang tidak dapat diterima di dalam Suriah," ungkap Obama seperti dikutip Xinhuanet, Rabu (18/1/2012).
AS akan terus berkonsultasi lebih mendalam dengan Jordania untuk menciptakan sebuah tekanan internasional yang mampu menyingkirkan rezim Suriah, sehingga berlangsung sebuah rezim yang lebih demokratis di Suriah.
Dalam kesempatan kali itu Obama juga memuji King Abdullah II sebagai seorang pemimpin pertama yang meminta Presiden Bashar al Assad untuk turun dari jabatannya.
"Saya berterima kasih kepada Anda karena berani mengambil tindakan tersebut kepada Pemerintah Suriah," ucap Obama.
Dalam pertemuan yang berlangsung hangat tersebut, Obama juga membicarakan pentingnya posisi AS dan Jordania ke depan. Jordania dan AS bertindak sebagai penasihat yang mendorong Palestina dan Israel untuk terus melanjutkan keseriusan dalam negosiasi perdamaian.
"Meskipun perundingan damai antara keduanya masih berada dalam tahap awal, namun kita harus menjaga agar tidak terjadi perselisihan pendapat. Saya berharap agar perundingan ini dapat membawa Isreal dan Palestina keluar dari kebuntuan masalah ini," ungkap Raja Abdullah II.
Jordania bertindak sebagai penyelenggara perundingan damai antara Israel dan Palestina. Perundingan damai yang dimulai sejak 3 Januari 2012 telah berlangsung sebanyak tiga kali.
Sebelumnya, perundingan damai antara Israel dan Palestina tengah berada dalam kebuntuan. Namun, kembali dilanjutkan setelah AS, Uni Eropa, Rusia dan PBB berusaha untuk memulai kembali perundingan perdamaian yang tersendat.(azh)
Saat bertemu dengan Raja Jordania King Abdullah II di Jordania, Selasa 17 Januari 2012, Presiden Barak Obama menuturkan perasaannya atas masalah yang terjadi di Suriah.
"Sangat disayangkan jika kita harus terus menyaksikan sebuah aksi kejahatan yang tidak dapat diterima di dalam Suriah," ungkap Obama seperti dikutip Xinhuanet, Rabu (18/1/2012).
AS akan terus berkonsultasi lebih mendalam dengan Jordania untuk menciptakan sebuah tekanan internasional yang mampu menyingkirkan rezim Suriah, sehingga berlangsung sebuah rezim yang lebih demokratis di Suriah.
Dalam kesempatan kali itu Obama juga memuji King Abdullah II sebagai seorang pemimpin pertama yang meminta Presiden Bashar al Assad untuk turun dari jabatannya.
"Saya berterima kasih kepada Anda karena berani mengambil tindakan tersebut kepada Pemerintah Suriah," ucap Obama.
Dalam pertemuan yang berlangsung hangat tersebut, Obama juga membicarakan pentingnya posisi AS dan Jordania ke depan. Jordania dan AS bertindak sebagai penasihat yang mendorong Palestina dan Israel untuk terus melanjutkan keseriusan dalam negosiasi perdamaian.
"Meskipun perundingan damai antara keduanya masih berada dalam tahap awal, namun kita harus menjaga agar tidak terjadi perselisihan pendapat. Saya berharap agar perundingan ini dapat membawa Isreal dan Palestina keluar dari kebuntuan masalah ini," ungkap Raja Abdullah II.
Jordania bertindak sebagai penyelenggara perundingan damai antara Israel dan Palestina. Perundingan damai yang dimulai sejak 3 Januari 2012 telah berlangsung sebanyak tiga kali.
Sebelumnya, perundingan damai antara Israel dan Palestina tengah berada dalam kebuntuan. Namun, kembali dilanjutkan setelah AS, Uni Eropa, Rusia dan PBB berusaha untuk memulai kembali perundingan perdamaian yang tersendat.(azh)
()