Belum Masuk Puncak Pandemi, Prancis Tak Akan Cabut Lockdown
A
A
A
PARIS - Menteri Kesehatan Prancis mengatakan masih terlalu dini untuk membahas pelonggaran penguncian (lockdown) nasional. Ini dikarenakan pandemi COVID-19 yang mematikan masih belum mencapai puncaknya di negara itu.
"Kami belum berada di puncak epidemi. Kami masih dalam tahap gangguan," kata Menteri Kesehatan Prancis Olivier Veran dalam sebuah wawancara dengan BFM TV.
"Masih terlalu dini untuk berbicara tentang mengakhiri isolasi," Veran menambahkan.
"(Rezim) isolasi akan bertahan selama diperlukan. Terserah kita masing-masing dalam perilaku kita sehari-hari untuk memahami bahwa dengan tinggal di dalam kita menyelamatkan hidup. Kita harus sabar. Kesabaran kami menyelamatkan hidup," tukasnya seperti dilansir dari Russia Today, Selasa (7/4/2020).
Prancis telah membelakukan lockdown selama 15 hari pada 16 Maret. Warga negara itu diizinkan meninggalkan rumah mereka hanya setelah mengisi formulir khusus yang menjelaskan ke mana mereka pergi dan alasannya. Lebih dari 100 ribu petugas polisi dikerahkan untuk menegakkan pembatasan perjalanan.
Tindakan karantina akhirnya diperpanjang hingga 15 April, karena angka kematian akibat COVID-19 di negara itu terus bertambah.
COVID-19 telah menewaskan 8.911 orang di Prancis, dengan 833 kematian baru dilaporkan oleh pejabat kesehatan pada hari Senin. Secara keseluruhan, lebih dari 74.000 pasien telah dites positif terkena virus mematikan ini.
"Kami belum berada di puncak epidemi. Kami masih dalam tahap gangguan," kata Menteri Kesehatan Prancis Olivier Veran dalam sebuah wawancara dengan BFM TV.
"Masih terlalu dini untuk berbicara tentang mengakhiri isolasi," Veran menambahkan.
"(Rezim) isolasi akan bertahan selama diperlukan. Terserah kita masing-masing dalam perilaku kita sehari-hari untuk memahami bahwa dengan tinggal di dalam kita menyelamatkan hidup. Kita harus sabar. Kesabaran kami menyelamatkan hidup," tukasnya seperti dilansir dari Russia Today, Selasa (7/4/2020).
Prancis telah membelakukan lockdown selama 15 hari pada 16 Maret. Warga negara itu diizinkan meninggalkan rumah mereka hanya setelah mengisi formulir khusus yang menjelaskan ke mana mereka pergi dan alasannya. Lebih dari 100 ribu petugas polisi dikerahkan untuk menegakkan pembatasan perjalanan.
Tindakan karantina akhirnya diperpanjang hingga 15 April, karena angka kematian akibat COVID-19 di negara itu terus bertambah.
COVID-19 telah menewaskan 8.911 orang di Prancis, dengan 833 kematian baru dilaporkan oleh pejabat kesehatan pada hari Senin. Secara keseluruhan, lebih dari 74.000 pasien telah dites positif terkena virus mematikan ini.
(ian)