Covid-19 Ancam Pengungsi Suriah di Lebanon

Senin, 06 April 2020 - 04:00 WIB
Covid-19 Ancam Pengungsi Suriah di Lebanon
Covid-19 Ancam Pengungsi Suriah di Lebanon
A A A
BEIRUT - Meski belum ada laporan infeksi Covid-19 di kamp-kamp pengungsi Suriah di Lebanon, namun para pejabat dan pengungsi sama-sama khawatir bahwa penyebaran virus di kamp-kamp yang sangat padat itu hanyalah masalah waktu. Jika infeksi terjadi, maka ini kan datang dengan konsekuensi yang berpotensi menghancurkan bagi ratusan ribu pengungsi Suriah di negara itu.

"Tentu saja kami takut (terhadap virus). Kita hidup saling berdempetan, jadi jika ada satu kasus, mungkin setelah seminggu seluruh kamp akan terinfeksi," ucap Salah, seorang pengungsi dari Aleppo yang tinggal di sebuah kamp yang berpenduduk sekitar 400 orang di dekat Bar Elias di lembah Beqaa.

Josep Zapater, kepala operasi Badan Pengungsi PBB atau UNHCR di lembah Bekaa mengatakan, pihaknya telah mulai bersiap untuk mendirikan unit isolasi di dalam kamp tersebut jika diperlukan.

"Jika virus muncul di permukiman pengungsi, itu adalah daerah yang penuh sesak di mana sulit untuk diisolasi. Jadi, kami memiliki rencana darurat untuk membangun unit isolasi dari berbagai jenis di permukiman informal untuk para pengungsi," ucapnya, seperti dilansir Al Arabiya.

"Kota-kota di Bekaa juga mengidentifikasi situs di luar kamp yang dapat digunakan sebagai unit isolasi untuk warga Lebanon atau Suriah. Sementara UNHCR tidak melakukan pemeriksaan Covid-19 itu sendiri, UNHCR menyediakan sumber daya untuk Kementerian Kesehatan dan akan menanggung biaya penuh pengujian dan perawatan Covid-19 untuk para pengungsi," sambungnya.

Sementara itu, pejabat dan pengungsi mengatakan pencegahan adalah kunci. Tetapi, hal itu mungkin lebih mudah dikatakan daripada dilakukan.

"Kami berusaha agar setiap orang tinggal di rumahnya dan mengkarantina dirinya sendiri dan tidak keluar kecuali untuk hal-hal yang mendesak. Tetapi, tidak seperti keluarga dengan lebih banyak sarana, atau area penyimpanan, yang dapat membeli persediaan selama satu minggu atau satu bulan dalam satu perjalanan, para penghuni kamp umumnya harus berbelanja setiap hari," kata Salah.

Dia mencatat bahwa kamp hanya memiliki persediaan terbatas untuk bahan-bahan kebersihan dan sanitasi dan bahwa mereka belum menerima pasokan sanitasi dari PBB atau badan-badan lainnya.

Di daerah sekitar kamp, tampaknya ada sedikit penegakan dari perintah penguncian. Sementara penduduk telah memasang penghalang jalan darurat atau pos pemeriksaan di beberapa daerah untuk mencegah orang luar membawa virus, banyak toko tetap buka, dan baik warga Suriah maupun Lebanon ada di jalan, kebanyakan dari mereka tidak mengenakan sarung tangan atau masker.

Sementara kurangnya langkah-langkah pencegahan dapat memiliki konsekuensi bencana, penguncian wilayah juga memiliki risiko bagi para pengungsi dengan banyak tempat yang menolak memperkejakan mereka.

Beberapa pejabat Lebanon menyerukan agar para pengungsi agar diawasi lebih ketat. Pemimpin Pasukan Libanon Samir Geagea, misalnya, menyerukan agar penduduk kamp-kamp Suriah dan Palestina dicegah meninggalkan kamp-kamp.

Sementara penguncian yang lebih ketat belum dilaksanakan, para pengungsi di beberapa daerah telah menerima pesan WhatsApp yang mengancam mereka dengan deportasi seandainya mereka meninggalkan kamp mereka.

Sejumlah badan juga melaporkan kesulitan mengirim pasokan ke kamp-kamp. Zapater mengatakan bahwa UNHCR telah mengadvokasi mereka untuk meningkatkan akses, dan juga membuat kasus bahwa para pengungsi tidak boleh ditempatkan di bawah pembatasan yang lebih ketat daripada bagian lain di negara itu.

“Tidak ada risiko tambahan karena Anda adalah seorang pengungsi, itu tidak berarti Anda memiliki risiko tambahan untuk sakit atau menularkan penyakit kepada orang lain. Jadi, kami meminta fleksibilitas dari pihak berwenang dan untuk langkah-langkah yang diterapkan dengan cara yang sama untuk semua orang," katanya.

Pada saat yang sama, Zapater juga meminta para pengungsi untuk mematuhi otoritas dan mengikuti hukum untuk mencegah penyebaran virus.
(esn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3648 seconds (0.1#10.140)