Valery Legasov, Ilmuwan Penyelamat Dunia dari Bencana Chernobyl

Senin, 06 April 2020 - 00:01 WIB
Valery Legasov, Ilmuwan...
Valery Legasov, Ilmuwan Penyelamat Dunia dari Bencana Chernobyl
A A A
KIEV - Sebagai salah satu orang yang pertama memahami skala kecelakaan reaktor nuklir Chernobyl, Valery Legasov siap untuk memitigasi konsekuensi-konsekuensinya. Keputusannya telah membantu menyelamatkan jutaan nyawa, tetapi dia sendiri harus membayar mahal.

Legasov adalah sosok mendesak evakuasi kota Pripyat, yang bersebelahan dengan Chernobyl dan membuat keputusan yang membantu membatasi dampak bencana yang mengancam Eropa. Melansir RBTH, Legasov telah lama menekankan pentingnya metodologi keamanan baru untuk mencegah bencana besar.

Seperti yang diingat putrinya, Inga Legaslova, Legasov telah menunjukan masalah-masalah pada reaktor RBMK-1000, reaktor yang meledak di Chernobyl, dan risiko pengoperasian reaktor nuklir. Dia diketahui telah menawarkan untuk mengamankan mereka dengan perisai pelindung, sebuah proposal yang ditolak oleh rekan-rekan kerjanya.

Dia adalah orang yang memerintahkan untuk membuang boron karbida dalam jumlah besar dari helikopter, sebagai penyerap neutron dan mencegah reaksi berantai yang baru. Kemudian, dolomit juga ditambahkan sebagai pendingin dan sumber karbon dioksida untuk memadamkan api. Timbal dimasukkan sebagai penyerap radiasi, begitu juga pasir dan tanah liat, yang diharapkan akan mencegah pelepasan partikel.

Meskipun setiap orang hanya diizinkan untuk menghabiskan maksimum dua minggu di tempat kejadian, Legasov menghabiskan empat bulan di sana, dan terpapar 100 REM, empat kali lipat dari batasan maksimum yang diizinkan, yakni 25 REM.

Pada Agustus 1986, ia diundang untuk berbicara pada IAEA di Wina, menyampaikan laporan kepada rekan-rekan dari negara lain tentang bencana tersebut dan mengapa itu terjadi. Awalnya, kepala negara Mikhail Gorbachev yang seharusnya menyampaikan laporan tersebut, tetapi sang pemimpin memutuskan Legasov yang harus melakukannya, seorang ilmuwan yang telah bekerja di lokasi kejadian.

"Satu tim spesialis mengerjakan laporan itu. Ayah biasa membawa pulang dokumen-dokumen itu. Terkadang para ilmuwan dan spesialis menghabiskan beberapa hari di rumah kami. Ayah memeriksa angka-angkanya berulang kali. Dia ingin memastikan kebenaran semua informasi," kenang Inga.

Laporan sepanjang lima jam di Wina membantu menenangkan komunitas internasional dan berbuah pujian bagi Legasov di luar negeri, tetapi pihak berwenang dan beberapa ilmuwan di negaranya sendiri berpandangan bahwa laporan itu mengungkapkan informasi rahasia.

"Dia melihat tujuan utamanya bukanlah membenarkan Uni Soviet dan menyembunyikan informasi tertentu, tetapi, sebaliknya, untuk mengedukasi masyarakat dunia tentang apa yang harus dilakukan dalam situasi semacam itu. Mereka memberikan informasi yang diizinkan dan laporan itu jujur. Saya pikir masalahnya bukan pada data rahasia. Laporan IAEA berdampak besar dan ayah langsung menjadi sangat terkenal. Dia dinobatkan sebagai Person of the Year di Eropa dan termasuk dalam daftar 10 ilmuwan teratas di dunia. Ini membuat beberapa rekannya iri," ucap Inga.

Dua tahun paska berbicara di IAEA, itu menjadi tahun-tahun yang sangat sulit bagi Legasov, baik secara mental maupun fisik. Dia merasakan niat buruk dari rekan-rekannya dan tertekan oleh kurangnya inisiatif untuk mencegah lebih banyak bencana seperti Chernobyl di masa depan. Kabarnya, Gorbachev mencoret namanya dari daftar orang-orang yang akan diberikan penghargaan atas pekerjaan tanggap darurat di Chernobyl, dengan pertimbangan para ilmuwan lain tidak merekomendasikannya.

Pada tahun 1988, Legasov memutuskan mengakhiri hidupnya sendiri, setelah mendapat tekanan dan ancaman dari banyak pihak. Pada 1996, barulah Legasov menerima gelar kehormatan anumerta Pahlawan Federasi Rusia atas "keberanian dan kepahlawanan" yang ditunjukkan dalam penyelidikannya terhadap bencana itu, yang diberikan oleh Boris Yeltsin.
(esn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0921 seconds (0.1#10.140)