Santo Purnama, Orang Indonesia Pembuat Alat Tes Corona 10 Menit
A
A
A
SINGAPURA - Santo Purnama adalah warga Indonesia salah satu pendiri Sensing Self, startup biotek yang berbasis di Singapura. Perusahaannya telah membuat alat rapid test untuk mendeteksi virus corona baru, COVID-19, dalam waktu sekitar 10 menit.
Alat tersebut bekerja menggunakan analisis enzim sehingga hasilnya diketahui dalam waktu cepat. Beda dengan tes swab lubang hidung yang membutuhkan waktu hingga satu jam.
Alat tes yang dikembangkan Sensing Self memungkinkan setiap orang melakukan tes sendiri dengan nyaman di rumah masing-masing.
Produk tersebut telah memperoleh lisensi dari Eropa dengan sertifikasi CE, India yang disetujui oleh National Institute of Virology dan Dewan Riset Medis India, serta persetujuan semi dari Amerika Serikat melalui Food and Drug Administration (FDA).
Menurut Purnama, produk tersebut dibanderol dengan harga murah, yakni USD10 per unit. Dia sengaja menjual murah karena sebagai misi sosial untuk membantu menyelamatkan lebih banyak nyawa.
Menurut pernyataan perusahaannya, pemerintah India telah memesan jutaan alat tes tersebut, sedangkan Eropa dan Amerika Serikat telah mengesahkannya.
Alat tes atau kit tersebut saat ini tersedia di 14 negara, termasuk Italia, Spanyol, Jerman, Inggris, Republik Ceko, Swiss, Korea Selatan, China, Lebanon, Jepang, India, Belanda, Uni Emirat Arab, dan negara-negara Amerika Selatan.
Purnama juga menyatakan kekecewaannya bahwa bahkan empat minggu setelah produk dikembangkan, pemerintah Indonesia telah gagal untuk menentukan status persetujuan dari swa-tes.
“Kami telah mengirimkan alat tes Sensing Self untuk membantu lembaga penelitian terkenal, seperti Mayo Clinic, University of California San Francisco, dan Chan Zuckerberg Biohub. Kami selalu menjaga kualitas setiap unit, serta keakuratannya, karena kami memahami bahwa ini adalah alat medis yang sangat terkait dengan kesehatan seseorang. Deteksi dini virus COVID-19 dapat membuat perbedaan antara hidup dan mati," katanya.
Saat ini, Purnama dan timnya sedang mengembangkan alat tes yang dapat mendeteksi infeksi COVID-19 segera setelah seseorang terpapar virus. Tim Sensing Self berencana untuk meluncurkan produk tersebut segera.
“Perang melawan COVID-19 adalah perang melawan waktu. Kita harus mengurangi tingkat pertumbuhan pandemi ini dengan melakukan tes seluas mungkin. Karena itu, kami berharap pemerintah Indonesia dapat mengotorisasi inisiatif kami untuk membawa alat tes independen ini ke Indonesia," ujar Purnama, seperti dikutip dari laman e27.co, Sabtu (4/4/2020).
“Jika setiap orang memiliki akses terhadap alat tes mandiri, kita dapat meminimalkan risiko infeksi ketika pasien perlu datang ke rumah sakit untuk menjalani tes. Pada saat yang sama, kita dapat meringankan beban tenaga medis yang sudah sangat kewalahan," paparnya.
Kit saat ini didistribusikan melalui rumah sakit, klinik, atau tempat tes yang dikelola pemerintah. Ini juga tersedia di beberapa pengecer regional.
Per karyawan Sensing Self, penyedia layanan kesehatan di berbagai negara telah menyediakan kit untuk orang-orang mereka dengan tarif subsidi. Namun di AS, alat uji Sensing Self hanya diperbolehkan untuk dijual dan digunakan di lembaga medis.
Alat tersebut bekerja menggunakan analisis enzim sehingga hasilnya diketahui dalam waktu cepat. Beda dengan tes swab lubang hidung yang membutuhkan waktu hingga satu jam.
Alat tes yang dikembangkan Sensing Self memungkinkan setiap orang melakukan tes sendiri dengan nyaman di rumah masing-masing.
Produk tersebut telah memperoleh lisensi dari Eropa dengan sertifikasi CE, India yang disetujui oleh National Institute of Virology dan Dewan Riset Medis India, serta persetujuan semi dari Amerika Serikat melalui Food and Drug Administration (FDA).
Menurut Purnama, produk tersebut dibanderol dengan harga murah, yakni USD10 per unit. Dia sengaja menjual murah karena sebagai misi sosial untuk membantu menyelamatkan lebih banyak nyawa.
Menurut pernyataan perusahaannya, pemerintah India telah memesan jutaan alat tes tersebut, sedangkan Eropa dan Amerika Serikat telah mengesahkannya.
Alat tes atau kit tersebut saat ini tersedia di 14 negara, termasuk Italia, Spanyol, Jerman, Inggris, Republik Ceko, Swiss, Korea Selatan, China, Lebanon, Jepang, India, Belanda, Uni Emirat Arab, dan negara-negara Amerika Selatan.
Purnama juga menyatakan kekecewaannya bahwa bahkan empat minggu setelah produk dikembangkan, pemerintah Indonesia telah gagal untuk menentukan status persetujuan dari swa-tes.
“Kami telah mengirimkan alat tes Sensing Self untuk membantu lembaga penelitian terkenal, seperti Mayo Clinic, University of California San Francisco, dan Chan Zuckerberg Biohub. Kami selalu menjaga kualitas setiap unit, serta keakuratannya, karena kami memahami bahwa ini adalah alat medis yang sangat terkait dengan kesehatan seseorang. Deteksi dini virus COVID-19 dapat membuat perbedaan antara hidup dan mati," katanya.
Saat ini, Purnama dan timnya sedang mengembangkan alat tes yang dapat mendeteksi infeksi COVID-19 segera setelah seseorang terpapar virus. Tim Sensing Self berencana untuk meluncurkan produk tersebut segera.
“Perang melawan COVID-19 adalah perang melawan waktu. Kita harus mengurangi tingkat pertumbuhan pandemi ini dengan melakukan tes seluas mungkin. Karena itu, kami berharap pemerintah Indonesia dapat mengotorisasi inisiatif kami untuk membawa alat tes independen ini ke Indonesia," ujar Purnama, seperti dikutip dari laman e27.co, Sabtu (4/4/2020).
“Jika setiap orang memiliki akses terhadap alat tes mandiri, kita dapat meminimalkan risiko infeksi ketika pasien perlu datang ke rumah sakit untuk menjalani tes. Pada saat yang sama, kita dapat meringankan beban tenaga medis yang sudah sangat kewalahan," paparnya.
Kit saat ini didistribusikan melalui rumah sakit, klinik, atau tempat tes yang dikelola pemerintah. Ini juga tersedia di beberapa pengecer regional.
Per karyawan Sensing Self, penyedia layanan kesehatan di berbagai negara telah menyediakan kit untuk orang-orang mereka dengan tarif subsidi. Namun di AS, alat uji Sensing Self hanya diperbolehkan untuk dijual dan digunakan di lembaga medis.
(mas)