Fasilitas Karantina COVID-19 di Asia, dari Hotel Mewah hingga Kamp
A
A
A
JAKARTA - Pandemi virus Corona baru, COVID-19, telah menyebar di seluruh benua tak terkecuali di Asia. Negara-negara di Asia pun berupaya memperlambat laju infeksi virus Corona bagi warganya yang pulang dari luar negeri dengan mempersiapkan fasilitas karantina.Namun perbedaan fasilitas karantina di satu negara dengan negaranya lainnya - mulai dari kamp hingga hotel mewah - membuka ketidakmerataan dalam akses ke ruang isolasi itu di seluruh wilayah itu.
Disitir dari data Reuters, hampir 800 ribu orang di seluruh dunia telah terinfeksi virus Corona dan lebih dari 38.800 orang telah meninggal.
Sementara jutaan orang yang tinggal di daerah kumuh menjalani penguncian (lockdown) di rumah-rumah sempit, pemerintah Asia juga berusaha menampung puluhan ribu pendatang yang harus dikarantina guna membatasi infeksi. Mereka ditampung di kamp militer, bangsal rumah sakit, hingga hotel.
Salah satu negara yang memberikan fasilitas karantina wah adalah Singapura. Singapura mewajibkan warganya yang kembali pulang dari Amerika Serikat (AS) dan Inggris untuk menjalani karantina di fasilitas-fasilitas yang ditunjuk yang telah dibayar penuh. Mereka pun menyiapkan hotel sebagai fasilitas karantina yang dimaksud.
Atas upayanya menangani pandemi ini, Singapura mendapat pujian dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
"Ketika pemerintah Singapura meminta warga Singapura dan penduduk untuk pulang ke rumah, kami berpikir bahwa penduduk yang pulang akan memerlukan akomodasi alternatif," kata Tan Shin Hui, Direktur Eksekutif Park Hotel Group, yang memungkinkan beberapa kamar hotel mereka digunakan untuk karantina.
"Untuk meminimalkan risiko kesehatan bagi orang yang mereka cintai, bertugas melayani mereka selama 14 hari dalam periode karantina agar menjauh dari keluarga merupakan cara yang terbaik," imbuhnya seperti dikutip dari Strait Times, Rabu (1/4/2020).
Tan mengungkapkan karena para tamu tidak dapat meninggalkan kamar mereka, makanan diantarkan ke pintu mereka, dan hotel-hotel menawarkan layanan binatu dan belanja pribadi.
Para tamu diminta untuk check-in dengan pemerintah sekali sehari, dan kamera pengawas dipasang untuk memastikan para tamu tetap berada di kamar mereka.
Marcus Chua, yang diperiksa di sebuah hotel mewah sekembalinya ke Singapura dari Washington pekan lalu, telah memajang foto-fotonya di media sosial tentang makanan dan kamar hotelnya. Ia menilai fasilitas karantina yang didapatkanya bak film keluaran 2018 lalu Crazy Rich Asian.
"Saya harus menjauh dari orang-orang pada periode ini dan mungkin menempatkan orang di rumah dalam bahaya. Ini adalah cara yang jauh lebih nyaman untuk melakukannya," katanya.
"Ini juga merupakan ide cemerlang untuk menjaga hotel tetap beroperasi yang mungkin harus ditutup dan memberhentikan staf," tambahnya.
Sementara itu beberapa hotel di Thailand dan Indonesia menawarkan paket karantina 14 hari sehingga para tamu dapat mengisolasi diri dengan nyaman. Sedangkan sebuah hotel di Sydney menawarkan paket Home Away from Home.
Kondisi berbeda terjadi di Vietnam. Salah satu negara Asia Tenggara itu mengirim puluhan ribu warga negaranya yang pulang dari luar negeri ke sebuah kamp. Mereka harus berbagi kamar dengan 10 hingga 20 orang lainnya. Sementara Hong Kong telah menjadikan tiga blok perumahan umum untuk mengkarantina kasus-kasus COVID-19 berisiko tinggi.
Di India, beberapa orang yang kembali ke negara itu dipaksa untuk dikarantina di bangsal isolasi rumah sakit dan fasilitas militer. Mereka pun sempat memposting foto-foto kondisi toilet yang kotor. Beberapa dari mereka bahkan melarikan diri dari fasilitas karantina karena takut terinfeksi.
"Pemerintah sama sekali tidak siap," kata Sanghita Bhattacharyya, seorang spesialis senior di nirlaba Yayasan Kesehatan Masyarakat India.
"Pandemi telah menunjukkan ketidakcukupan sistem kesehatan masyarakat di negara-negara yang tidak siap untuk menangani jumlah seperti itu, dan harus datang dengan solusi cepat," tukasnya.
Disitir dari data Reuters, hampir 800 ribu orang di seluruh dunia telah terinfeksi virus Corona dan lebih dari 38.800 orang telah meninggal.
Sementara jutaan orang yang tinggal di daerah kumuh menjalani penguncian (lockdown) di rumah-rumah sempit, pemerintah Asia juga berusaha menampung puluhan ribu pendatang yang harus dikarantina guna membatasi infeksi. Mereka ditampung di kamp militer, bangsal rumah sakit, hingga hotel.
Salah satu negara yang memberikan fasilitas karantina wah adalah Singapura. Singapura mewajibkan warganya yang kembali pulang dari Amerika Serikat (AS) dan Inggris untuk menjalani karantina di fasilitas-fasilitas yang ditunjuk yang telah dibayar penuh. Mereka pun menyiapkan hotel sebagai fasilitas karantina yang dimaksud.
Atas upayanya menangani pandemi ini, Singapura mendapat pujian dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
"Ketika pemerintah Singapura meminta warga Singapura dan penduduk untuk pulang ke rumah, kami berpikir bahwa penduduk yang pulang akan memerlukan akomodasi alternatif," kata Tan Shin Hui, Direktur Eksekutif Park Hotel Group, yang memungkinkan beberapa kamar hotel mereka digunakan untuk karantina.
"Untuk meminimalkan risiko kesehatan bagi orang yang mereka cintai, bertugas melayani mereka selama 14 hari dalam periode karantina agar menjauh dari keluarga merupakan cara yang terbaik," imbuhnya seperti dikutip dari Strait Times, Rabu (1/4/2020).
Tan mengungkapkan karena para tamu tidak dapat meninggalkan kamar mereka, makanan diantarkan ke pintu mereka, dan hotel-hotel menawarkan layanan binatu dan belanja pribadi.
Para tamu diminta untuk check-in dengan pemerintah sekali sehari, dan kamera pengawas dipasang untuk memastikan para tamu tetap berada di kamar mereka.
Marcus Chua, yang diperiksa di sebuah hotel mewah sekembalinya ke Singapura dari Washington pekan lalu, telah memajang foto-fotonya di media sosial tentang makanan dan kamar hotelnya. Ia menilai fasilitas karantina yang didapatkanya bak film keluaran 2018 lalu Crazy Rich Asian.
"Saya harus menjauh dari orang-orang pada periode ini dan mungkin menempatkan orang di rumah dalam bahaya. Ini adalah cara yang jauh lebih nyaman untuk melakukannya," katanya.
"Ini juga merupakan ide cemerlang untuk menjaga hotel tetap beroperasi yang mungkin harus ditutup dan memberhentikan staf," tambahnya.
Sementara itu beberapa hotel di Thailand dan Indonesia menawarkan paket karantina 14 hari sehingga para tamu dapat mengisolasi diri dengan nyaman. Sedangkan sebuah hotel di Sydney menawarkan paket Home Away from Home.
Kondisi berbeda terjadi di Vietnam. Salah satu negara Asia Tenggara itu mengirim puluhan ribu warga negaranya yang pulang dari luar negeri ke sebuah kamp. Mereka harus berbagi kamar dengan 10 hingga 20 orang lainnya. Sementara Hong Kong telah menjadikan tiga blok perumahan umum untuk mengkarantina kasus-kasus COVID-19 berisiko tinggi.
Di India, beberapa orang yang kembali ke negara itu dipaksa untuk dikarantina di bangsal isolasi rumah sakit dan fasilitas militer. Mereka pun sempat memposting foto-foto kondisi toilet yang kotor. Beberapa dari mereka bahkan melarikan diri dari fasilitas karantina karena takut terinfeksi.
"Pemerintah sama sekali tidak siap," kata Sanghita Bhattacharyya, seorang spesialis senior di nirlaba Yayasan Kesehatan Masyarakat India.
"Pandemi telah menunjukkan ketidakcukupan sistem kesehatan masyarakat di negara-negara yang tidak siap untuk menangani jumlah seperti itu, dan harus datang dengan solusi cepat," tukasnya.
(ian)