Tenaga Medis di AS Frustasi karena Kekurangan Alat Pelindung Diri
A
A
A
NEW YORK - Sedikitnya 3.003 orang meninggal di Amerika Serikat (AS) akibat virus corona atau Covid-19. Sedikitnya 160.698 kasus corona yang terdeteksi di AS. Jumlah tersebut berdasarkan perhitungan kasus setiap negara bagian. Negara bagian Hawaii dan Wyoming menjadi wilayah yang tidak memiliki korban meninggal dunia akibat corona. Jumlah korban meninggal dunia paling banyak terjadi pada Senin (30/3/2020) mencapai lebih dari 540 laporan.
Banyak orang di garda depan penanganan krisis Covid-19, yakni petugas medis dan dokter merasa frustrasi. Ratusan pekerja medis diseluruh AS jatuh sakit karena banyak rumah sakit mengalami kekurangan alat pelindung diri. ”Kita bergerak menuju kekacauan,” kata dokter di Rumah Sakit Jackson Memorial, Miami, yang tak disebutkan namanya, dilansir CNN.
Para dokter yang memiliki pengalaman dan penelitian justru harus bekerja tanpa peralatan dan perlengkapan memadai di lapangan. Mereka harus merawat pasien virus corona dengan rasa trauma.
Di rumah sakit New York, seorang dokter anestesi mengatakan para petugas medis terpaksa menggunakan peralatan dan perlengkapan yang seharusnya sekali pakai. Rumah sakit juga kekurangan ventilator. ”Segala sesuatunya tidak cukup,” kata dokter yang enggan disebutkan namanya. Padahal, kata dia, terlalu banyak pasien yang sakit sehingga tidak mungkin bisa menangani semuanya.
Menurut Jeff Duchin, petugas kesehatan di Seattle, AS, seruan jaga jarak memang tidak dipatuhi warga AS untuk memperlambat penyebaran virus corona. ”Kita melihat pengurangan kontak orang per orang seharusnya ditingkatkan,” kata Duchin.
Dalam penelitian yang dilakukan Institute for Disease Modeling berdasarkan data Departemen Kesehatan Washington dan Facebook menunjukkan perubahan mobilitas berkaitan dengan pengurangan penularan Covid-19. Dengan begitu, warga diminta berkumpul lebih dari 10 orang, menghindari bepergian, dan membatalkan semua kunjungan sosial. Penduduk manula juga diminta bertahan di rumah. ”Saya tidak terkejut jika kita melihat 100.000 orang meninggal,” kata Direktur Institute Nasional Alergi dan Penyakit Menular, Anthony Fauci.
Hal yang bertolak belakang justru diungkapkan Presiden AS Donald Trump. Dia mengungkapkan, AS akan memiliki ketersediaan jumlah ventilator saat puncak wabah virus corona. Presiden AS mengatakan, sedikitnya 10 perusahaan AS kini sedang memproduksi peralatan medis dan bisa diekspor ke negara yang membutuhkan. ”Kita bergerak maju karena tidak ada negara lain yang mampu melakukannya,” katanya.
Ketika ditanya apakah semua ventilator cukup untuk seluruh pasien di AS yang membutuhkan saat puncak virus corona? Trump mengungkapkan, ”Saya pikir kita akan berada pada tataran yang sangat baik.” Trump menjelaskan, lebih dari satu orang warga AS telah menjalani tes Covid-19. ”Itu lebih banyak dibandingkan negara mana pun. Tidak ada yang bisa melampauinya,” ujarnya. Dia mengungkapkan, dia seharusnya diberi ucapan selamat atas kemajuan pemerintahannya dalam memerangi virus corona. (Andika Mustaqim)
Banyak orang di garda depan penanganan krisis Covid-19, yakni petugas medis dan dokter merasa frustrasi. Ratusan pekerja medis diseluruh AS jatuh sakit karena banyak rumah sakit mengalami kekurangan alat pelindung diri. ”Kita bergerak menuju kekacauan,” kata dokter di Rumah Sakit Jackson Memorial, Miami, yang tak disebutkan namanya, dilansir CNN.
Para dokter yang memiliki pengalaman dan penelitian justru harus bekerja tanpa peralatan dan perlengkapan memadai di lapangan. Mereka harus merawat pasien virus corona dengan rasa trauma.
Di rumah sakit New York, seorang dokter anestesi mengatakan para petugas medis terpaksa menggunakan peralatan dan perlengkapan yang seharusnya sekali pakai. Rumah sakit juga kekurangan ventilator. ”Segala sesuatunya tidak cukup,” kata dokter yang enggan disebutkan namanya. Padahal, kata dia, terlalu banyak pasien yang sakit sehingga tidak mungkin bisa menangani semuanya.
Menurut Jeff Duchin, petugas kesehatan di Seattle, AS, seruan jaga jarak memang tidak dipatuhi warga AS untuk memperlambat penyebaran virus corona. ”Kita melihat pengurangan kontak orang per orang seharusnya ditingkatkan,” kata Duchin.
Dalam penelitian yang dilakukan Institute for Disease Modeling berdasarkan data Departemen Kesehatan Washington dan Facebook menunjukkan perubahan mobilitas berkaitan dengan pengurangan penularan Covid-19. Dengan begitu, warga diminta berkumpul lebih dari 10 orang, menghindari bepergian, dan membatalkan semua kunjungan sosial. Penduduk manula juga diminta bertahan di rumah. ”Saya tidak terkejut jika kita melihat 100.000 orang meninggal,” kata Direktur Institute Nasional Alergi dan Penyakit Menular, Anthony Fauci.
Hal yang bertolak belakang justru diungkapkan Presiden AS Donald Trump. Dia mengungkapkan, AS akan memiliki ketersediaan jumlah ventilator saat puncak wabah virus corona. Presiden AS mengatakan, sedikitnya 10 perusahaan AS kini sedang memproduksi peralatan medis dan bisa diekspor ke negara yang membutuhkan. ”Kita bergerak maju karena tidak ada negara lain yang mampu melakukannya,” katanya.
Ketika ditanya apakah semua ventilator cukup untuk seluruh pasien di AS yang membutuhkan saat puncak virus corona? Trump mengungkapkan, ”Saya pikir kita akan berada pada tataran yang sangat baik.” Trump menjelaskan, lebih dari satu orang warga AS telah menjalani tes Covid-19. ”Itu lebih banyak dibandingkan negara mana pun. Tidak ada yang bisa melampauinya,” ujarnya. Dia mengungkapkan, dia seharusnya diberi ucapan selamat atas kemajuan pemerintahannya dalam memerangi virus corona. (Andika Mustaqim)
(ysw)