Lockdown Italia, Fasilitas Klinik Terbatas Petugas Pulangkan Pasien

Kamis, 19 Maret 2020 - 10:02 WIB
Lockdown Italia, Fasilitas Klinik Terbatas Petugas Pulangkan Pasien
Lockdown Italia, Fasilitas Klinik Terbatas Petugas Pulangkan Pasien
A A A
MILAN - Seorang mahasiswa Catholic University of the Sacred Heart telah jatuh sakit di Milan, Italia, belakangan ini. Namun, Maria Sheveleva kesulitan mendapatkan akses kesehatan. Dia bahkan diminta tetap berada di rumah dan mengisolasi diri selama 14 hari dengan alasan dia masih muda dan kemungkinan sembuh sendiri.

Maria berupaya mengabaikan sakit selama beberapa hari sebelum suhu tubuhnya melampaui 37,5 derajat Celsius. Batuknya memburuk dan dia kesulitan bernapas. Seiring diliburkannya sekolah, dia memilih meminta bantuan dengan menelepon nomor darurat yang disediakan pemerintah di media massa.

“Saat itu, saya diminta untuk tetap tinggal dan merawat diri di rumah. Alasannya, saya masih muda, sekalipun terinfeksi virus corona, saya disebut akan sembuh dengan sendirinya,” kara Maria. Tapi, kondisinya kian memburuk. Dia lalu menelepon kembali dan disarankan membeli sirup batuk di apotek terdekat.

Meski sudah berobat, Maria merasa memerlukan bantuan langsung dari ahli kesehatan untuk memeriksa kondisinya. Dia mengaku tak berdaya dan merasa akan meninggal saat itu juga sebelum akhirnya menelepon ambulans yang datang ke rumahnya mengenakan pakaian paramedis hazmat.

Saat dijemput, suhu tubuhnya sudah mencapai 38 derajat Celsius. Dengan kekhawatiran Maria sudah terinfeksi Covid-19, petugas membawanya ke sebuah klinik di dekat rumahnya untuk diperiksa. Dia menghabiskan sedikitnya lima jam di bawah lantai di ruang isolasi dengan pasien suspek virus corona lainnya.

“Semua pasien mengenakan masker dan sarung tangan. Kami diperintahkan untuk menjaga jarak. Tapi, instruksi itu kenyataannya mustahil dipraktikkan karena ruangan sesak oleh pasien,” ujar Maria dilansir RT. Maria mengaku ketakutan saat melihat banyak pasien dipindahkan ke ruangan lain saat diketahui positif.

Maria tidak bisa keluar dari klinik, sekalipun hendak pergi ke rumah sakit (RS) karena dikhawatirkan sudah positif terjangkit Covid-19 dan menularkannya kepada orang lain selama di perjalanan. Setelah menjalani pemeriksaan sinar-X di bagian paru-paru dan cek darah di klinik tersebut, dia diberi sebungkus makanan.

Setelah seharian berada di klinik, Maria tidak tahu dirinya terjangkit Covid-19 atau tidak. Dia hanya diberitahukan menderita trakeitis dengan kondisi lebih baik dibandingkan dengan pasien lainnya. Dia lalu disarankan pulang, melakukan karantina selama 14 hari dan mengenakan masker serta sarung tangan.

“Saya diminta kembali memanggil ambulans jika mengalami demam di atas 40 derajat Celsius dan sesak napas,” kata Maria.

“Anak muda lain juga dipulangkan, sekalipun jelas-jelas sakit, sedangkan ibunya dites positif dan dirawat di rumah sakit. Saya tahu fasilitasnya terbatas, tapi saya tidak tahu kenapa kami tidak dites?” (Muh Shamil)
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3415 seconds (0.1#10.140)