RI-Belanda Teken MoU Pelatihan Diplomat
A
A
A
JAKARTA - Indonesia dan Belanda dilaporkan menekan dua nota kesepahaman atau MoU, yakni pengenai pelatihan diplomat dan mengenai peran wanita dalam perdamaian dan keamanan. Penandatangan dua MoU, yang dilakukan oleh Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi dan Menteri Luar Negeri Belanda, Stef Blok, adalah bagian dari kunjungan Raja Belanda, Willem-Alexander ke Indonesia.
Ditemui pasca bertemu Blok, Retno menuturkan, MoU pertama sejatinya merupakan MoU yang sudah berlangsung cukup lama. Dia menuturkan, MoU ini diperbaharui setiap beberapa tahun dan saat ini sudah memasuki tahun ke-16."Jadi, begitu selesai sudah masuk tahun ke-20. Jadi sekali lagi ini merupakan pembaruan dari perjanjian sebelumnya ini sudah bersifat jangka panjang," ucap Retno pada Senin (9/3/2020)."Satu lagi adalah mengenai wanita, perdamaian dan keamanan. Isu ini jadi salah satu isu prioritas dalam pelaksanaan politik luar negeri Indonesia, maka pada saat misalnya saya ke Afghanistan, pemberdayaan wanita itu dalam konteks wanita, keamanan dan perdamaian," sambungnya.Dia menuturkan, Indonesia saat ini sedang mempersiapkan para diplomat, para negotiators, dan mediators perempuan untuk sewaktu-sewaktu diperlukan dapat berpatisipasi dalam negosiasi-negosiasi perdamaian. Oleh karena, jelasnya, Indonesia menjalin kerja sama dengan Belanda mengenai isu ini."Jadi dalam bentuk pertukaran, pelatihan, dan sebagainya, dan ini berlaku untuk satu tahun dan setelah itu akan dilihat kembali," tukasnya.
Ditemui pasca bertemu Blok, Retno menuturkan, MoU pertama sejatinya merupakan MoU yang sudah berlangsung cukup lama. Dia menuturkan, MoU ini diperbaharui setiap beberapa tahun dan saat ini sudah memasuki tahun ke-16."Jadi, begitu selesai sudah masuk tahun ke-20. Jadi sekali lagi ini merupakan pembaruan dari perjanjian sebelumnya ini sudah bersifat jangka panjang," ucap Retno pada Senin (9/3/2020)."Satu lagi adalah mengenai wanita, perdamaian dan keamanan. Isu ini jadi salah satu isu prioritas dalam pelaksanaan politik luar negeri Indonesia, maka pada saat misalnya saya ke Afghanistan, pemberdayaan wanita itu dalam konteks wanita, keamanan dan perdamaian," sambungnya.Dia menuturkan, Indonesia saat ini sedang mempersiapkan para diplomat, para negotiators, dan mediators perempuan untuk sewaktu-sewaktu diperlukan dapat berpatisipasi dalam negosiasi-negosiasi perdamaian. Oleh karena, jelasnya, Indonesia menjalin kerja sama dengan Belanda mengenai isu ini."Jadi dalam bentuk pertukaran, pelatihan, dan sebagainya, dan ini berlaku untuk satu tahun dan setelah itu akan dilihat kembali," tukasnya.
(esn)