Wabah Corona Merebak, Thailand Terus Modernisasi Pasar Tradisional

Kamis, 05 Maret 2020 - 09:45 WIB
Wabah Corona Merebak, Thailand Terus Modernisasi Pasar Tradisional
Wabah Corona Merebak, Thailand Terus Modernisasi Pasar Tradisional
A A A
BANGKOK - Pemerintah Thailand dan Filipina berencana memodernisasi pasar tradisional dan melarang aktivitas perdagangan informal di pinggir jalan. Jika terealisasi, jutaan petani dan pedagang kelas bawah akan kehilangan akses dalam memperjualbelikan barang.

Pasar tradisional menyita perhatian Thailand dan Filipina setelah wabah virus corona diyakini berasal dari pasar seafood di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Pasar tradisional biasanya menyediakan sayuran dan buah-buahan segar serta ikan dan binatang hidup untuk langsung diperjualbelikan kepada konsumen.

Sebagian pasar tradisional di Thailand ditutup, sedangkan yang lainnya diawasi ketat otoritas terkait. Pemerintah setempat juga melarang perdagangan hewan liar. Profesor Madya Bisnis Internasional dari Universitas Thammasat, Pavida Pananond, menilai pasar tradisional tidak akan mudah digantikan pasar modern.

“Masyarakat Asia meyakini daging yang dijual di pasar tradisional lebih segar dan lebih murah dibandingkan di pasar modern,” ujar Pananond, dikutip Reuters. “Jadi, akan sangat sulit menggantikan pasar tradisional mengingat pasar tersebut menjadi tempat perdagangan masyarakat kelas bawah di Asia.”

Menurut Pananond, selain bagian dari budaya, pasar tradisional merupakan gerbang kehidupan dan ekonomi bagi jutaan petani, pedagang, dan pebisnis kecil di Asia Tenggara. Artinya, penutupan pasar tradisional akan memberikan dampak ekonomi yang signifikan terhadap konsumen dengan daya beli rendah.

Senada dengan Pananond, Petugas Keamanan Pangan dari Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Masami Takeuchi, mengatakan penutupan pasar tradisional akan memberikan dampak sosial-ekonomi yang besar sehingga harus dilakukan secara bertahap. Sebab, jika tidak, ketahanan pangan akan menurun.

Wabah virus corona lainnya seperti Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) yang menewaskan 800 orang pada 2002–2003 juga diyakini berasal dari pasar tradisional. Kemunculan virus corona di Wuhan hanya memperkuat alasan pemerintah untuk menutup pasar tradisional, meski tidak diumumkan secara resmi.

Pemerintah Singapura juga sejak lama melarang perdagangan hewan liar atau hewan hidup di pasar. Lembaga Lingkungan Nasional (NEA) Singapura menyatakan saat ini pemerintah telah mengeluarkan standar kebersihan dan kehigienisan yang lebih tinggi. NEA telah membawahi sekitar 83 pasar di seluruh Singapura.

“Kami menerapkan improvisasi pasar ini hanya untuk meningkatkan kesehatan, bukan untuk memecah konsumen. Kami justru berupaya agar pasar tetap menjadi ruang sosial yang dapat dikunjungi semua orang dari berbagai kelas,” ungkap NEA. “Barang dagangan yang dijajakan juga harus terjangkau dan segar.” (Muh Shamil)
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3496 seconds (0.1#10.140)