Presiden Assad: Saudara, Permusuhan Suriah dan Turki Tak Logis
A
A
A
DAMASKUS - Presiden Republik Arab Suriah Bashar al-Assad menyatakan permusuhan antara Turki dan Turki tidak logis. Dia menekankan bahwa Damaskus tidak menyerang Ankara dan kedua negara memiliki kepentingan bersama.
"Tindakan bermusuhan apa—besar atau kecil—yang dilakukan rakyat Suriah terhadap rakyat Turki? Tidak ada yang seperti itu," katanya dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi Russia-24, yang dilansir Kamis (5/3/2020).
"Ada ikatan Suriah-Turki, ada keluarga, ada kepentingan bersama yang vital. Interaksi budaya bersama ini ditentukan secara historis, tidak logis bahwa kita memiliki beberapa pertikaian serius antara negara kita," paparnya.
Presiden Suriah itu menganggap orang-orang Turki sebagai saudara bagi rakyat Suriah. "Tentu saja, kita berbicara tentang orang-orang Turki sebagai negara persaudaraan. Saya bertanya kepada orang-orang Turki, apa masalah Anda dengan Suriah? Apa masalah yang harus dihadapi warga Turki?," tanya Assad.
Wawancara itu disiarkan sehari sebelum pertemuan antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan mitranya dari Turki Recep Tayyip Erdogan, yang diperkirakan akan berlangsung di Moskow.
Turki meluncurkan operasi militer bernama "Operation Spring Shield" pekan lalu di Suriah. Operasi diluncurkan setelah serangan tentara Suriah terhadap posisi kelompok militan di Idlib menewaskan puluhan tentara Turki.
Menurut militer Rusia, para tentara Turki beroperasi di antara kelompok militan al-Nusra di wilayah tersebut.
Ankara mengklaim telah "menetralisir" hingga 300 tentara Suriah dan sejumlah kendaraan militer sebagai pembalasan atas puluhan tentara Turki yang terbunuh.
Militer Turki diberi izin untuk mendirikan selusin pos pemantauan di wilayah Idlib yang dikuasai kelompok militan di bawah perjanjian Sochi 2018. Ankara diwajibkan untuk mengamankan perbatasan dan memisahkan para militan dari kelompok oposisi Suriah yang bersedia terlibat dalam negosiasi damai dengan rezim Damaskus. Namun, Moskow menganggap Turki telah gagal memenuhi komitmen itu.
"Tindakan bermusuhan apa—besar atau kecil—yang dilakukan rakyat Suriah terhadap rakyat Turki? Tidak ada yang seperti itu," katanya dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi Russia-24, yang dilansir Kamis (5/3/2020).
"Ada ikatan Suriah-Turki, ada keluarga, ada kepentingan bersama yang vital. Interaksi budaya bersama ini ditentukan secara historis, tidak logis bahwa kita memiliki beberapa pertikaian serius antara negara kita," paparnya.
Presiden Suriah itu menganggap orang-orang Turki sebagai saudara bagi rakyat Suriah. "Tentu saja, kita berbicara tentang orang-orang Turki sebagai negara persaudaraan. Saya bertanya kepada orang-orang Turki, apa masalah Anda dengan Suriah? Apa masalah yang harus dihadapi warga Turki?," tanya Assad.
Wawancara itu disiarkan sehari sebelum pertemuan antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan mitranya dari Turki Recep Tayyip Erdogan, yang diperkirakan akan berlangsung di Moskow.
Turki meluncurkan operasi militer bernama "Operation Spring Shield" pekan lalu di Suriah. Operasi diluncurkan setelah serangan tentara Suriah terhadap posisi kelompok militan di Idlib menewaskan puluhan tentara Turki.
Menurut militer Rusia, para tentara Turki beroperasi di antara kelompok militan al-Nusra di wilayah tersebut.
Ankara mengklaim telah "menetralisir" hingga 300 tentara Suriah dan sejumlah kendaraan militer sebagai pembalasan atas puluhan tentara Turki yang terbunuh.
Militer Turki diberi izin untuk mendirikan selusin pos pemantauan di wilayah Idlib yang dikuasai kelompok militan di bawah perjanjian Sochi 2018. Ankara diwajibkan untuk mengamankan perbatasan dan memisahkan para militan dari kelompok oposisi Suriah yang bersedia terlibat dalam negosiasi damai dengan rezim Damaskus. Namun, Moskow menganggap Turki telah gagal memenuhi komitmen itu.
(mas)