Makin Mengkhawatirkan, Korban Tewas Corona Kini Menyebar Cepat

Senin, 02 Maret 2020 - 07:45 WIB
Makin Mengkhawatirkan, Korban Tewas Corona Kini Menyebar Cepat
Makin Mengkhawatirkan, Korban Tewas Corona Kini Menyebar Cepat
A A A
JAKARTA - Penyebaran virus corona di dunia kian mengkhawatirkan. Virus ini berkembang cepat dalam sepekan terakhir. Untuk pertama kalinya, kemarin, korban tewas pun mulai berjatuhan di Thailand, Australia, dan Amerika Serikat (AS).

Dua hari sebelumnya korban tewas pertama akibat virus ini juga melanda Selandia Baru dan Nigeria. Upaya pengendalian atas virus corona (Covid-19) pun terlihat belum nyata. Hingga kemarin jumlah korban tewas di seluruh dunia akibat virus ini justru terus bertambah hingga mencapai 2.979 orang. Jumlah pasien korona juga terus melonjak menjadi 86.986 orang, 42.294 di antaranya dinyatakan sembuh. Sebagian besar korban terinfeksi saat di Hubei, China.

Di Bangkok, Thailand, seorang laki-laki berusia 35 tahun kemarin meninggal setelah beberapa minggu terinfeksi virus korona. Korban mengalami kegagalan sejumlah organ. Di AS, korban korona menimpa warga Washington. Adapun di Australia, korban merupakan warga yang direpatriasi dari kapal pesiar Diamond Princess beberapa waktu lalu.

Semakin luasnya persebaran virus corona di berbagai belahan dunia ini juga membuat Indonesia tak henti waswas. Kendati hingga kini belum menelan korban tewas, potensi penyebaran virus mematikan ini tetap terbuka.

Di kawasan Asia Tenggara, Indonesia tercatat satu-satunya negara yang sampai sekarang belum terpapar virus corona. Meski demikian ratusan orang tengah dalam pemantauan dan pengawasan karena diduga mengalami gejala yang mirip dengan paparan virus tersebut.

Di Jakarta misalnya, setidaknya ada 147 warga yang masuk kategori ini. Perinciannya, 115 orang dalam level pemantauan, sedangkan 32 lainnya dalam pengawasan. Mayoritas pasien yang menjalani perawatan tersebut sudah diperbolehkan pulang karena dinyatakan negatif virus corona.

Pasien yang diawasi biasanya memiliki gejala sakit lebih berat, misalnya terjadi peradangan di bagian paru-paru. Adapun orang yang dipantau adalah mereka yang umumnya hanya mengalami sakit ringan seperti flu dan batuk disertai demam. Selain itu mereka juga diketahui memiliki riwayat perjalanan ke negara yang terjangkit virus. "Sementara kalau yang diawasi biasanya memang dirawat inap di rumah sakit rujukan," ujar Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit pada Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dwi Oktavia.

Di tengah ancaman virus yang belum ditemukan penangkalnya ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) terus mengimbau seluruh rakyat Indonesia untuk menjaga kesehatan sesuai dengan petunjuk Kementerian Kesehatan serta Dinas Kesehatan di daerah masing-masing. “Dengan gotong-royong seluruh rakyat bersama pemerintah, kita bersama-sama bisa mencegah Covid-19 dan Indonesia bisa melewatinya dengan baik,” ujar Juru Bicara Presiden Fadjroel Rachman di Jakarta kemarin.

Anggota Komisi I DPR Willy Aditya mendesak pemerintah segera memantau perkembangan kasus korona ini baik di dalam maupun di luar negeri. Termasuk memantau jutaan WNI yang berada di berbagai negara saat ini. Dengan adanya data jelas, pemerintah dapat segera mengambil langkah yang diperlukan jika terjadi hal yang perlu penanganan serius. “Pemerintah tidak boleh diam, harus lebih proaktif,” ujar Willy.

Sepekan Tambah 34 Negara

Persebaran virus corona berlangsung cepat. Bahkan dalam sepekan, virus ini mampu berkembang hingga ke 34 negara. Hingga kini sudah ada 64 negara yang terpapar virus mematikan dari China tersebut. Di Iran, jumlah korban tewas merangkak hingga 54 orang, sedangkan di Korea Selatan 18 orang. Menteri Kesehatan Iran Kianoush Jahanpour mengatakan, sebanyak 978 warganya terinfeksi virus Covid-19, sedangkan di Korea tercatat 3.736 orang. Korea Selatan menjadi negara terdampak Covid-19 paling buruk di luar China.

Anggota Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia Hermawan Saputra dalam diskusi Polemik MNC Trijaya Network bertajuk “Mengukur Efek Korona: Siapkah Kita?” di Jakarta Pusat, Sabtu (29/2), menilai banyaknya kasus korona yang mencapai 1.200 di Korea Selatan wajar karena negara itu berdekatan dengan asal virus ini, yakni Wuhan, China.

Presiden AS Donald Trump mendesak masyarakat AS agar tidak panik atas berita kematian pertama warganya akibat virus korona. “Orang yang sehat kemungkinan besar dapat sembuh secara total dari penyakit tersebut,” kata Trump.

Namun Wakil Presiden AS Mike Pence mengatakan meski risiko tertular sangat rendah, jumlah korban tewas akibat Covid-19 dapat saja bertambah. Hal ini diyakini Pence setelah mendapatkan briefing langsung dari Direktur Institut Nasional Penyakit Menular dan Alergi, Dr Anthony Fauci.

68 WNI Mendarat di Kertajati

Sebanyak 68 WNI yang merupakan anak buah kapal (ABK) Diamond Princess tadi malam langsung dibawa ke Pulau Sebaru Kecil, Kepulauan Seribu, setelah mendarat di Bandara Kartajati, Majalengka, Jawa Barat. Puluhan WNI tersebut sebelumnya sempat tertahan di Yokohama, Jepang. Sebanyak 8 SBK lainnya terinfeksi virus korona sehingga harus dirawat di Jepang. Sementara 2 ABK lainnya meskipun negatif korona memilih untuk tetap tinggal di Jepang.

Selama di Sebaru, para ABK menjalani transit observasi selama 28 hari. Termasuk di dalamnya kegiatan rutin berupa ibadah, makan tiga kali sehari, olahraga, pemeriksaan kesehatan rutin, dan lain-lain. Pengawasan antara lain akan dilakukan jajaran Kementerian Kesehatan, TNI, dan Polri.

Evakuasi WNI ini merupakan yang ketiga kalinya. Pada tahap pertama, pemerintah telah mengevakuasi 238 WNI dari Provinsi Hubei, China. Kemudian pada tahap kedua, dievakuasi 188 WNI dari Kapal Pesiar World Dream.

Staf Khusus Presiden Angkie Yudistia mengatakan proses evakuasi WNI dari Diamond Princess mengikuti protokol kesehatan pihak Jepang. Evakuasi menggunakan pesawat berbadan besar supaya tidak harus melakukan transit terlebih dahulu. Dia juga mengatakan proses observasi untuk WNI dari Jepang ini akan lebih lama bila dibandingkan dengan dua observasi WNI sebelumnya yang dari China dan Kapal World Dream.

“Masa karantina akan berjalan dua kali lebih lama atau sekitar 28 hari. Ini dilakukan karena untuk memastikan mereka benar-benar sehat saat meninggalkan tempat karantina,” ujarnya. Dasar lain perpanjangan masa observasi ini dilatarbelakangi kejadian salah seorang warga AS yang merupakan penumpang Kapal Diamond Princess dan awalnya dinyatakan negatif terjangkit virus. Namun akhirnya dia menjadi positif Covid-19 setelah hari ke-21. (Muh Shamil/Dita Angga/Bima Setyadi/Kiswondari)
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6386 seconds (0.1#10.140)