Jet-jet Tempur Su-24 Rusia Gempur Teroris Pro-Turki di Suriah
A
A
A
DAMASKUS - Pesawat-pesawat jet tempur Su-24 Rusia telah melakukan serangan udara terhadap kelompok teroris pro-Turki di Provinsi Idlib, Suriah, Kamis petang. Aksi bombardir militer Moskow itu memungkinkan pasukan rezim Damaskus leluasa memukul mundur kelompok militan teroris tersebut.
Menurut Pusat Rusia untuk Rekonsiliasi Suriah, kelompok militan yang mendapat dukungan artileri Turki, menerobos pertahanan tentara Suriah di wilayah Qminas dan Nayrab, Provinsi Idlib.
"Pasukan Suriah menghancurkan satu tank, enam kendaraan tempur infanteri dan lima truk pick-up yang berisi senjata kaliber besar," bunyi pernyataan Pusat Rusia untuk Rekonsiliasi Suriah, seperti dikutip Sputniknews, Jumat (21/2/2020).
Pusat itu juga menambahkan bahwa empat prajurit Suriah terluka oleh artileri Turki. Menurut pusat tersebut, Turki menghentikan penembakan terhadap pasukan pemerintah Suriah segera setelah Rusia memberi tahu Ankara bahwa mereka telah mendeteksi tembakan artileri Turki.
"Ini bukan pertama kalinya angkatan bersenjata Turki mendukung militan. Untuk mencegah insiden, kami mendesak pihak Turki untuk berhenti mendukung aksi teroris dan (berhenti) mentransfer senjata kepada mereka," lanjut pernyatan tersebut.
Sementara itu, Kementerian Pertahanan Turki melaporkan bahwa dua tentaranya tewas dan lima lainnya terluka dalam serangan udara di Idlib.
Kementerian itu menambahkan bahwa lebih dari 50 "elemen rezim" Suriah dihancurkan, termasuk lima tank, dua kendaraan pengangkut personel lapis baja, dua pick-up bersenjata dan Howitzer.
Secara terpisah, Kementerian Pertahanan Turki membantah laporan Bloomberg yang mengklaim bahwa Ankara telah meminta Washington untuk memasok sistem pertahanan udara Partiot ke Turki untuk mengusir serangan pasukan Suriah yang didukung oleh pesawat tempur Rusia. "Laporan ini salah", kata juru bicara kementerian itu, Nadide Sebnem Aktop.
Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar mengatakan bahwa Ankara tidak memiliki masalah dengan Moskow di tengah eskalasi baru di Idlib, karena target utama angkatan bersenjata Turki di sana adalah tentara Suriah.
Akar menambahkan bahwa Turki tidak mendesak Amerika Serikat untuk campur tangan secara militer di Suriah.
Sebelumnya, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan bahwa Ankara tidak puas dengan negosiasi Rusia-Turki tentang Idlib, dan siap meluncurkan serangan di wilayah tersebut. Kremlin menandai ini sebagai skenario terburuk.
Menurut Pusat Rusia untuk Rekonsiliasi Suriah, kelompok militan yang mendapat dukungan artileri Turki, menerobos pertahanan tentara Suriah di wilayah Qminas dan Nayrab, Provinsi Idlib.
"Pasukan Suriah menghancurkan satu tank, enam kendaraan tempur infanteri dan lima truk pick-up yang berisi senjata kaliber besar," bunyi pernyataan Pusat Rusia untuk Rekonsiliasi Suriah, seperti dikutip Sputniknews, Jumat (21/2/2020).
Pusat itu juga menambahkan bahwa empat prajurit Suriah terluka oleh artileri Turki. Menurut pusat tersebut, Turki menghentikan penembakan terhadap pasukan pemerintah Suriah segera setelah Rusia memberi tahu Ankara bahwa mereka telah mendeteksi tembakan artileri Turki.
"Ini bukan pertama kalinya angkatan bersenjata Turki mendukung militan. Untuk mencegah insiden, kami mendesak pihak Turki untuk berhenti mendukung aksi teroris dan (berhenti) mentransfer senjata kepada mereka," lanjut pernyatan tersebut.
Sementara itu, Kementerian Pertahanan Turki melaporkan bahwa dua tentaranya tewas dan lima lainnya terluka dalam serangan udara di Idlib.
Kementerian itu menambahkan bahwa lebih dari 50 "elemen rezim" Suriah dihancurkan, termasuk lima tank, dua kendaraan pengangkut personel lapis baja, dua pick-up bersenjata dan Howitzer.
Secara terpisah, Kementerian Pertahanan Turki membantah laporan Bloomberg yang mengklaim bahwa Ankara telah meminta Washington untuk memasok sistem pertahanan udara Partiot ke Turki untuk mengusir serangan pasukan Suriah yang didukung oleh pesawat tempur Rusia. "Laporan ini salah", kata juru bicara kementerian itu, Nadide Sebnem Aktop.
Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar mengatakan bahwa Ankara tidak memiliki masalah dengan Moskow di tengah eskalasi baru di Idlib, karena target utama angkatan bersenjata Turki di sana adalah tentara Suriah.
Akar menambahkan bahwa Turki tidak mendesak Amerika Serikat untuk campur tangan secara militer di Suriah.
Sebelumnya, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan bahwa Ankara tidak puas dengan negosiasi Rusia-Turki tentang Idlib, dan siap meluncurkan serangan di wilayah tersebut. Kremlin menandai ini sebagai skenario terburuk.
(mas)