Virus Corona Renggut Lebih Banyak Nyawa Dibanding SARS

Senin, 10 Februari 2020 - 01:15 WIB
Virus Corona Renggut...
Virus Corona Renggut Lebih Banyak Nyawa Dibanding SARS
A A A
BEIJING - Hingga kini tercatat sudah 811 orang meninggal dunia akibat virus Corona. Komisi Kesehatan Nasional China mencatat 89 kematian baru pada Sabtu (8/2). Jumlah ini sudah melewati angka korban tewas akibat SARS, atau Sindrom Pernafasan Akut Parah pada 2002/2003 silam. Saat SARS mewabah, tercatat 774 orang meninggal dunia.

Seperti dilaporkan Reuters, banyak kota di China yang biasanya penuh sesak, kini hampir menjadi kota hantu selama dua minggu terakhir karena Partai Komunis China memerintahkan penguncian total, membatalkan penerbangan, menutup pabrik, dan menutup sekolah.

Bahkan pada awal pekan ini, Senin (10/2), sejumlah besar kantor dan sekolah akan tetap ditutup dan banyak karyawan akan bekerja dari rumah. Skala potensi pukulan terhadap ekonomi yang telah menjadi mesin pertumbuhan global dalam beberapa tahun terakhir, telah mengambil korban di pasar keuangan, karena saham merosot.

Kabinet China menyatakan pada Minggu (9/2), bahwa pihaknya akan berkoordinasi dengan otoritas transportasi untuk memastikan kelancaran kerja para pekerja di industri-industri utama, seperti makanan dan obat-obatan.

Duta Besar China untuk Inggris, Liu Xiaoming menggambarkan virus yang baru diidentifikasi ini sebagai "musuh umat manusia". Hal itu diungkapkannya dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi BBC. Namun, Xiaoming menambahkan, virus itu "dapat dikendalikan, dapat dicegah, dapat disembuhkan".

"Pada saat ini sangat sulit untuk diprediksi, kapan kita akan memiliki titik balik," kata Xiaoming. "Kami tentu berharap ini akan segera terjadi, tetapi tindakan isolasi dan karantina sangat efektif," lanjutnya.

Meski otoritas China telah berupaya keras untuk mengatasi penyebaran virus Corona jenis baru ini, namun publik China melayangkan kekecewaan mereka atas situasi yang terjadi.

"Kita semua tahu, kita tidak bisa membeli masker di mana pun, mengapa kita masih kembali bekerja?" kata seorang pengguna Weibo, media sosial yang populer di China.

“Lebih dari 20.000 dokter dan perawat di seluruh negeri telah dikirim ke Hubei, tetapi mengapa jumlahnya masih meningkat?” ujar seorang pengguna Weibo lainnya.
(esn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0780 seconds (0.1#10.140)