Dituduh Jadi Mata-mata Saudi, 3 Aktivis Iran Ditangkap di Denmark
A
A
A
COPENHAGEN - Tiga aktivis oposisi Iran ditangkap di Denmark atas tuduhan menjadi mata-mata untuk Arab Saudi. Ketiganya adalah anggota Gerakan Perjuangan Arab untuk Pembebasan Ahvaz (ASMLA).
Menurut polisi Denmark, ketiga aktivis itu mendukung serangan terhadap parade militer di Iran pada 2018.
"Ini adalah pandangan PET (Badan Keamanan dan Intelijen Denmark) bahwa ketiga orang itu, dalam periode 2012 hingga 2018, telah jadi mata-mata untuk sebuah badan intelijen Arab Saudi," kata Ketua PET, Finn Borch Andersen, kepada wartawan.
"Ketiga orang itu mengumpulkan informasi tentang orang-orang di Denmark dan luar negeri, dan meneruskan informasi ini ke dinas intelijen Saudi," lanjut Andersen, seperti dikutip Al Jazeera, Selasa (4/2/2020).
Sidang praperadilan terkait penangkapan ketiga aktivis oposisi Iran itu dijadwalkan digelar Selasa (4/2/2020) waktu setempat.
Tiga warga Iran telah berada di bawah perlindungan polisi yang ketat dan satu di antaranya menjadi subjek dari rencana pembunuhan tahun 2018 yang dicegah oleh PET setelah operasi besar-besaran oleh polisi.
Pada 2017, Ahmad Mola Nissi, seorang pengasingan Iran yang mendirikan ASMLA, ditembak mati di Belanda.
PET mengatakan seorang warga negara Norwegia berlatar belakang Iran, yang ditahan sehubungan dengan rencana itu pada Oktober 2018, masih ditahan.
PET juga mengonfirmasi telah menangkap seorang anggota badan intelijen Iran atas dugaan spionase dan keterlibatan dalam upaya pembunuhan 2018. Pemerintah Iran sebelumnya telah membantah ada hubungan dengan dugaan persekongkolan itu.
ASMLA selama ini menginginkan sebuah negara terpisah yang terpisah dari rezim Iran untuk etnis Arab di provinsi Khuzestan yang kaya minyak. Orang Arab adalah minoritas di Iran. Mereka merasa berada di bawah pendudukan Persia dan menginginkan kemerdekaan atau otonomi.
Iran menganggap kelompok ASMLA itu sebagai "organisasi teroris" dan menyalahkannya atas serangan September 2018 terhadap parade militer yang menewaskan sedikitnya 25 orang di Ahvaz, Khuzestan.
Menurut polisi Denmark, ketiga aktivis itu mendukung serangan terhadap parade militer di Iran pada 2018.
"Ini adalah pandangan PET (Badan Keamanan dan Intelijen Denmark) bahwa ketiga orang itu, dalam periode 2012 hingga 2018, telah jadi mata-mata untuk sebuah badan intelijen Arab Saudi," kata Ketua PET, Finn Borch Andersen, kepada wartawan.
"Ketiga orang itu mengumpulkan informasi tentang orang-orang di Denmark dan luar negeri, dan meneruskan informasi ini ke dinas intelijen Saudi," lanjut Andersen, seperti dikutip Al Jazeera, Selasa (4/2/2020).
Sidang praperadilan terkait penangkapan ketiga aktivis oposisi Iran itu dijadwalkan digelar Selasa (4/2/2020) waktu setempat.
Tiga warga Iran telah berada di bawah perlindungan polisi yang ketat dan satu di antaranya menjadi subjek dari rencana pembunuhan tahun 2018 yang dicegah oleh PET setelah operasi besar-besaran oleh polisi.
Pada 2017, Ahmad Mola Nissi, seorang pengasingan Iran yang mendirikan ASMLA, ditembak mati di Belanda.
PET mengatakan seorang warga negara Norwegia berlatar belakang Iran, yang ditahan sehubungan dengan rencana itu pada Oktober 2018, masih ditahan.
PET juga mengonfirmasi telah menangkap seorang anggota badan intelijen Iran atas dugaan spionase dan keterlibatan dalam upaya pembunuhan 2018. Pemerintah Iran sebelumnya telah membantah ada hubungan dengan dugaan persekongkolan itu.
ASMLA selama ini menginginkan sebuah negara terpisah yang terpisah dari rezim Iran untuk etnis Arab di provinsi Khuzestan yang kaya minyak. Orang Arab adalah minoritas di Iran. Mereka merasa berada di bawah pendudukan Persia dan menginginkan kemerdekaan atau otonomi.
Iran menganggap kelompok ASMLA itu sebagai "organisasi teroris" dan menyalahkannya atas serangan September 2018 terhadap parade militer yang menewaskan sedikitnya 25 orang di Ahvaz, Khuzestan.
(mas)