Pulau Gunung Api Taal Bakal Dinyatakan Tak Bertuan usai Meletus Hebat
A
A
A
MANILA - Presiden Filipina Rodrigo Duterte telah menyetujui rencana untuk mendeklarasikan pulau Luzon, lokasi Gunung Berapi Taal, sebagai "tanah tak bertuan". Langkah itu secara efektif mengakhiri kemungkinan mantan penghuninya kembali ke kehidupan mereka di sana.
Duterte belum mengeluarkan keputusan resmi dalam hal ini. Badan vulkanologi Filipina telah lama menyatakan Luzon sebagai "zona bahaya permanen", namun penduduk desa telah tinggal dan bekerja di sana selama beberapa dekade.
Para pejabat sekarang menyerukan agar peraturan diperketat dan ditegakkan dengan lebih keras di masa depan.
Sebauh rekaman drone yang diambil pada hari Sabtu menunjukkan seluruh pulau dan hampir semua yang ada di sana, mulai dari rumah dan kendaraan yang ditinggalkan hingga tumbuh-tumbuhan, semuanya dilapisi abu tebal.
Menteri Dalam Negeri Eduardo Ano telah menugaskan pejabat setempat menyusun rencana relokasi untuk penduduk yang dipindahkan. Dia meminta lahan seluas tiga hektare untuk menampung sekitar 6.000 keluarga yang dievakuasi dari pulau Luzon. Situs baru untuk para penduduk harus berjarak minimal 17 kilometer (10 mil) dari gunung berapi demi keselamatan penghuni.
“Mereka tinggal di gunung berapi itu sendiri dengan 47 kawah. Itu sangat berbahaya. Ini seperti memiliki pistol yang diarahkan kepada Anda," kata Renato Solidum, kepala institut vulkanologi Filipina, seperti dikutip Russia Today, Senin (20/1/2020).
Gunung Api Taal tetap berada pada tingkat ancaman tertinggi kedua sejak mulai meletus pada 12 Januari 2020. Gunung itu mengindikasikan bahaya yang akan segera terjadi, di mana gempa bumi yang terus-menerus dan berbagai tanda bahwa magma masih naik di ruang vulkanik.
Tidak ada kematian yang secara langsung dikaitkan dengan letusan gunung berapi tersebut, meskipun ratusan orang telah dirawat karena kesulitan bernapas yang berhubungan dengan abu vulkanik.
Phivolcs, badan pemantau Filipina untuk gempa bumi, gunung berapi dan tsunami, mencatat setidaknya 12 gempa kecil terjadi dalam 12 jam pada hari Senin.
Duterte belum mengeluarkan keputusan resmi dalam hal ini. Badan vulkanologi Filipina telah lama menyatakan Luzon sebagai "zona bahaya permanen", namun penduduk desa telah tinggal dan bekerja di sana selama beberapa dekade.
Para pejabat sekarang menyerukan agar peraturan diperketat dan ditegakkan dengan lebih keras di masa depan.
Sebauh rekaman drone yang diambil pada hari Sabtu menunjukkan seluruh pulau dan hampir semua yang ada di sana, mulai dari rumah dan kendaraan yang ditinggalkan hingga tumbuh-tumbuhan, semuanya dilapisi abu tebal.
Menteri Dalam Negeri Eduardo Ano telah menugaskan pejabat setempat menyusun rencana relokasi untuk penduduk yang dipindahkan. Dia meminta lahan seluas tiga hektare untuk menampung sekitar 6.000 keluarga yang dievakuasi dari pulau Luzon. Situs baru untuk para penduduk harus berjarak minimal 17 kilometer (10 mil) dari gunung berapi demi keselamatan penghuni.
“Mereka tinggal di gunung berapi itu sendiri dengan 47 kawah. Itu sangat berbahaya. Ini seperti memiliki pistol yang diarahkan kepada Anda," kata Renato Solidum, kepala institut vulkanologi Filipina, seperti dikutip Russia Today, Senin (20/1/2020).
Gunung Api Taal tetap berada pada tingkat ancaman tertinggi kedua sejak mulai meletus pada 12 Januari 2020. Gunung itu mengindikasikan bahaya yang akan segera terjadi, di mana gempa bumi yang terus-menerus dan berbagai tanda bahwa magma masih naik di ruang vulkanik.
Tidak ada kematian yang secara langsung dikaitkan dengan letusan gunung berapi tersebut, meskipun ratusan orang telah dirawat karena kesulitan bernapas yang berhubungan dengan abu vulkanik.
Phivolcs, badan pemantau Filipina untuk gempa bumi, gunung berapi dan tsunami, mencatat setidaknya 12 gempa kecil terjadi dalam 12 jam pada hari Senin.
(mas)