Mesir-Prancis Sepakat Kerjasama Bantu Penyelesaian Krisis Libya
A
A
A
KAIRO - Mesir dan Prancis sepakat untuk bekerjasama untuk membantu menyelesaikan krisis di Libya. Kesepatan itu dicapai dalam pembicaraan melalui sambungan telepon antara Presiden Mesir, Abdel Fatah el-Sisi dengan Presiden Prancis, Emanuel Macron.
Layanan pers kepresidenan Mesir menuturkan Macron dan Sisi dalam pembicaraan melalui sambungan telepon semalam telah sepakat untuk mengintensifkan kerja sama bilateral dan multilateral untuk menemukan solusi politik untuk krisis di Libya.
"Sisi, dalam pembicaraan itu mengatakan fokus Mesir adalah pada pemulihan keselamatan dan stabilitas di Libya, mendukung upaya untuk memerangi terorisme, dan menghentikan kegiatan kelompok-kelompok bersenjata dan campur tangan asing yang melanggar hukum dalam urusan domestik Libya," kata layanan pers kepresidenan Mesir.
"Macron, pada gilirannya, mengatakan bahwa Prancis berusaha mencari solusi politik untuk krisis Libya," sambungnya dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Sputnik pada Senin (30/12/2019).
Sementara itu, sebelumnya Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu memperingatkan bahwa konflik Libya beresiko meluncur ke dalam kekacauan dan menjadi Suriah berikutnya. "Jika hari ini Libya menjadi seperti Suriah, maka giliran akan datang untuk negara-negara lain di kawasan itu," kata Cavusoglu.
Libya telah hidup melalui krisis politik yang parah sejak kudeta tahun 2011 yang menggulingkan pemimpin Muammar Gaddafi. Dua kelompok sejak itu praktis membagi negara kaya minyak itu menjadi duopoli politik, dengan Tentara Nasional Libya (LNA) mengendalikan timur dan Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) mengendalikan barat.
Situasi telah meningkat selama beberapa minggu terakhir ketika komandan LNA, Khalifa Haftar memerintahkan pasukannya untuk maju ke Tripoli yang dikuasai GNA. Kota ini telah mengalami menjadi medan pertempuran dari serangan serupa pada bulan April yang telah menewaskan ratusan orang dan ribuan lainnya terluka.
Layanan pers kepresidenan Mesir menuturkan Macron dan Sisi dalam pembicaraan melalui sambungan telepon semalam telah sepakat untuk mengintensifkan kerja sama bilateral dan multilateral untuk menemukan solusi politik untuk krisis di Libya.
"Sisi, dalam pembicaraan itu mengatakan fokus Mesir adalah pada pemulihan keselamatan dan stabilitas di Libya, mendukung upaya untuk memerangi terorisme, dan menghentikan kegiatan kelompok-kelompok bersenjata dan campur tangan asing yang melanggar hukum dalam urusan domestik Libya," kata layanan pers kepresidenan Mesir.
"Macron, pada gilirannya, mengatakan bahwa Prancis berusaha mencari solusi politik untuk krisis Libya," sambungnya dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Sputnik pada Senin (30/12/2019).
Sementara itu, sebelumnya Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu memperingatkan bahwa konflik Libya beresiko meluncur ke dalam kekacauan dan menjadi Suriah berikutnya. "Jika hari ini Libya menjadi seperti Suriah, maka giliran akan datang untuk negara-negara lain di kawasan itu," kata Cavusoglu.
Libya telah hidup melalui krisis politik yang parah sejak kudeta tahun 2011 yang menggulingkan pemimpin Muammar Gaddafi. Dua kelompok sejak itu praktis membagi negara kaya minyak itu menjadi duopoli politik, dengan Tentara Nasional Libya (LNA) mengendalikan timur dan Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) mengendalikan barat.
Situasi telah meningkat selama beberapa minggu terakhir ketika komandan LNA, Khalifa Haftar memerintahkan pasukannya untuk maju ke Tripoli yang dikuasai GNA. Kota ini telah mengalami menjadi medan pertempuran dari serangan serupa pada bulan April yang telah menewaskan ratusan orang dan ribuan lainnya terluka.
(esn)